1.6.1 Kosep Dasar DM.
1.6.1.1 Definisi.
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik metabolik yang komplek
melibatkan gangguan metabolik
karbohidrat, protein dan lemak dan perkembangan komplikasi secara
microvaskuler, macrovaskuler serta neuropati . Diabetes Melitus merupakan
kelainan heterogen , ditandai dengan sirkulasi glukosa , lipid dan asam amino
berkadar tinggi, karena tidak memadainya
insulin dalam memenuhi tuntutan metabolisme tubuh(Keith, 1996).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
(Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 Jilid I, 1999 : 580).
Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat.
(Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson, 1995 : 111).
1.6.1.2 Etiologi
1.
Tidak
diketahui
2.
Pada IDDM biasa karena tidak adekuat produksi
insulin oleh pankreas.
3.
Pada NIDDM
karena terjadi peningkatan
kebutuhan insulin
4.
Etiologi lain
: panktreatitis, tumor pankreas, obesitas, hiperthiroid, akromegali, kehamilan,
infeksi.
Insulin dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diabetes Melitus
Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel b langerhans akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
disebabkan kegagalan relatif sel b dan
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin lain. Berarti sel
b pankreas mengelami desensitisasi terhadap glukosa.
5. (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi, Jilid I. 1999 : 580).
1.6.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi yang dianjurkan oleh PERKENI adalah
yang sesuai dengan anjuran lklasifikasi
DM American Diabetes Association ( ADA ) 1997.
Klasifikass
Etiologi Diabetes Melitus (ADA 1997 ) :
1. Diabetes Tipe 1 ( destruksi sel beta , umumnya
menjurus ke defisiensi insulin absolut)
2. Diabetes Tipe 2 ( berpariasi mulai yang terutama
dominant resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin).
3. Diabets Tipe Lain
a. Defek Relatif fungsi sel beta
-
Maturity –onset Diabetes of the young (MODY).
-
DNA
mitichondria
b. Defek Negatif Kerja Insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas.
-
Pankreatitis
-
Tumor
pankreatektomy
-
Pankreatopati
Fibrokalkulus
d. Endokrinopaty
-
Akromegali
-
Sindrom
Cushing
-
Feokrositoma
-
Hiperthiridisme
e. Karena Obat zat kimia
-
Vacor,
pentamidin,asam nikotinat
-
Glukkokortikoid,
hormon thiroid
-
Tiazid,
Dilantin, interferon alfa dll
f. Infeksi
-
Rubella,
Kongenital, Cyto-Megalo- Virus ( CMV)
g. Sebab Imonologi yang jarang
-
Antibodi anti
insulin
h. Sindrom Genetik lain yang berkalitan dengan DM
-
Sindrom Down
, Sindrom Klinefelter, Sindrpm Turner, dll.
4. Diabetes Melitus Gestasional ( DMG).
1.6.1.4 Pengelolaan
DM
1. Penyuluhan ( edukasi DM)
2. Perencanaan makan
3. Latihan Jasmani
4. Obat berhasiat Hipoglikemi
4. Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1.
Berkurangnya pemakaian glukosa
oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah
setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2.
Peningkatan mobilisasi lemak
dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang
abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3.
Berkurangnya protein dalam
jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah
makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal (
konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria
karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga
pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk
energi.
Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf
perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
I.
Gejala Klinis
Diagnosis
DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poliuria,
polidipsia, lemas dan berat badan turun, gejala lain yang mungkin dikeluhkan
pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus
vulva pada wanita.
(Kapita
Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid 1, 1999 : 580)
II.
Komplikasi
1. Akut
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Koma hiperosmolar nonketolik
2. Kronik
a. Makroangiopati, mengenai pembuluh
darah besar ; pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikroangiopati, mengenai pembuluh
darah kecil, retinopati diabetik, nefropati diabetik.
c. Neuropati diabetik
d. Rentan infeksi, seperti
tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi salulran kemih.
e. Kaki diabetik
(Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid I, 1999 : 582 – 583)
III.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk DM yaitu
kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas tekanan darah tinggi, riwayat
keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi > 4.000 g,
riwayat DM pada kehamilan dan dislipidemia.
Pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu kadar glukosa
darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Gluksa Oral (TTGO)
standart
|
Bukan
DM
|
Belum
Pasti DM
|
DM
|
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena
Darah kapiler
|
<
110
<
90
|
110
– 199
90
– 199
|
>
200
>
200
|
Kadar glukosa puasa
Plasma vena
Darah Kapiler
|
<
110
<
90
|
110
– 125
90
– 109
|
>
126
>
110
|
Cara pemeriksaan TTGO, adalah :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan
pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan jasmani sementara cukup,
tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa semalam selama 10-12
jam.
4. Periksa glukosa darah puasa.
5. Berikan glukosa 75 g yang
dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu 5 menit.
6. Periksa glukosa darah 1 jam dan 2
jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksaan, pasien yang
diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
WHO (1985) menganjurkan
pemeriksaan standar seperti ini, tetapi kita hanya memakai pemeriksaan glukosa
darah 2 jam saja.
(Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid I, 1999 : 580 – 581)
IV.
Penatalaksanaan
Kerangka
utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat
hipoglikemik dan penyuluhan.
1. Perencanaan makan
Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai
berat badan ideal. Dalam memberikan diit harus sesuai dengan 3J yaitu :
J1 = Jumlah kalori yang diberikan harus
dihabiskan.
J2 = Jadwal makan harus diikuti
J3 = Jenis gula dan yang manis harus dipantang
Kalori yang dibutuhkan pasien :
-
Pasien kurus : 2.300 – 2.500
kkal
-
Pasien normal : 1.700 – 2.100
kkal
-
Pasien gemuk : 1.300 – 1.500
kkal
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani
teratur, 3-4 kali tiap minggu selama + 0,5 jam yang sifatnya sesuai
cripe (Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training).
3. Obat hipoglikemik
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
-
Sulfanilurea.
-
Biguanid
-
Inhibitor a glukosidase
-
Insulin sensitizing agent
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada
NIDDM adalah :
-
DM dengan berat badan menurun cepat / kurus
-
Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar
-
DM yang mengalami stres berat (infeksi sistemik, operasi berat dan
lain-lain).
-
DM dengan kehamilan / DM gastasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan.
-
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis
maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut.
4. Penyuluhan / edukasi meliputi :
-
Penyakit DM
-
Makna / perlunya pengendalian / pemantauan DM
-
Penyulit DM
-
Intervensi farmakologis / non farmakologis
B.
Konsep Asuhan
keperawatan
I.
Pengkajian
1.
Aktivitas / istirahat
Gejala : - Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan.
- Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur / istirahat
Tanda : - Takikardi dan takipnea pada keadaan
istirahat atau dengan aktivitas
- Letargi / disorientasi, koma
- Penurunan kekuatan otot
2.
Sirkulasi
Gejala : - Adanya riwayat hipertensi, Im akut
- Klaudikasi, bebas dam kesemutan pada
ekstremitas
- Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda : - Takikardia
- Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
- Nadi yang menurun / tidak ada
- Disritmia
- Krekels, DVJ (GJK)
- Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung
3.
Integritas Ego
Gejala : - Stres, tergantung pada orang lain
- Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : - Ansietas, peka ransang
4.
Eliminasi
Gejala : - Perubahan pola berkemih (poliuria),
noktoria.
- Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
berulang / baru.
- Nyeri tekan abdomen
- Diare
Tanda : - Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat
berkembang menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipovolemia berat)
- Urine berkabut, bau busuk (infeksi)
- Abdoen keras, adanya asites
- Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5.
Makanan / cairan
Gejala : - Hilang nafsu makan
- Mual / muntah
- Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa
- Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari / minggu.
- Haus
- Penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : - Kulit kering / bersisik, turgor jelek
- Kekakuan / distensi abdomen, muntah
- Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah).
- Bau holitosis / manis, bau buah (napas asetan).
6.
Neurosensori
Gejala : - Pusing / pening
- Sakit kepala
- Kesemutan
- Gangguan penglihatan
Tanda : - Disorientasi, mengantuk
- Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma)
- Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7.
Nyeri / kenyamanan
Gejala : - Abdomen yang tegang / nyeri (sedang /
berat)
Tanda : - Wajah meringis dengan palpasi : tempat
sangat hati-hati.
8.
Pernafasan
Gejala : - Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan /
tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi / tidak)
Tanda : - Hepar udara
- Batuk dengan / tanpa sputum purulen (infeksi) frekuensi
pernafasan.
9.
Keamanan
Gejala : - Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : - Demam
- Kulit rusak, lesi / ulserasi
- Menurunnya / paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
10.
Seksualitas
Gejala : - Rabah vagina (cenderung infeksi)
- Masalah impoten pada pria, kesulitan organisme pada wanita.
11.
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : - Faktor resiko keluarga : DM, penyakit
jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lambat.
- Penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid), dilatin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
- Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan
Marilynn E. Doenges, 2000 : 726).
II.
Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan diuresis metabolik
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan kadar glukosa tinggi.
4. Kelelahan berhubungan dengan
insufisiensi insulin (perubahan kimia darah).
5. Ketidakberdayaan berhubungan
dengan penyakit jangka panjang / progresif yang tidak dapat diobati.
6. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya.
III. Perencanaan
Diagnosa I
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
Tujuan : Cairan
terpenuhi dalam waktu 2 x 24 jm
Kriteria hasil :
-
Tanda-tanda vital stabil
-
Turgor kulit baik
-
Nadi perifer dapat diraba
-
Intake dan output normal
-
Membran mukosa lembab
Intervensi
1)
Pantau tanda-tanda vital
R / : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi,
dan untuk mengetahui keadaan umum klien.
2)
Pantau intake dan out put
R / : Membantu dalam memperkirakan
kekurangan volume total
3)
Kaji turgor kulit, nadi perifer
dan kelembapan mukosa mulut
R / : Kulit kering, mukosa mulut
yang kurang lembab merupakan manifestasi dari dehidrasi.
4)
Timbang BB setiap hari
R / : Memberi pengkajian yang terbaik dari status cairan yang diberikan
dan dalam memberikan cairan pengganti
5)
Pertahankan untuk memberikan
cairan paling sedikit 2500 ml/hr
R / : Mempertahankan hidrasi
6)
Kolaborasi
-
Berikan cairan IV
-
Pantau Hb, Ht, elektrolit
R / : - Mempertahankan volume sirkulasi
- Mengkaji hidrasi dan untuk kebutuhan intervensi
Diagnosa II
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dalam waktu 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
-
Mencerna jumlah kalori /
nutrien yang tepat
-
Berat badan stabil
-
Membran mukosa dan turgor kulit
normal
Intervensi :
1)
Pantau tanda-tanda vital
R / : Untuk mengetahui keadaan umum klien.
2)
Kaji turgor kulit dan
kelembapan mukosa mulut
R / : Kulit kering, mukosa mulut yang kurang lembab merupakan
manifestasi dari intake yang kurang.
3)
Timbang BB setiap hari
R / : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
4)
Auskultasi bising usus
R / : Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
menurunkan morbilitas usus.
5)
Identifikasi makanan yang
disukai
R / : Jika makanan disukai klien maka diharapkan nafsu makan akan
bertambah.
6)
Libatkan keluarga klien pada
perencanaan makan
R / : Memberikan informasi dan meningkatkan keterlibatan keluarga untuk
memahami kebutuhannutrisi klien.
7)
Kolaborasi :
-
Pantau pemeriksaan laboratorium
seperti glukosa darah.
-
Lakukan pemeriksaan gula darah
dengan menggunakan “finger stick”.
-
Berikan insulin secara teratur.
-
Berikan larutan glukosa misal
dekstrosa dan setengah salin normal.
-
Lakukan konsultasi dengan ahli
gizi
R / : - Gula darah akan menurun perlahan dengan
penggantian cairan dan insulin kontrol.
-
Analisa di tempat tidur
terhadap gula darah lebih akurat daripada memantau gula dalam urin.
-
Insulin reguler memiliki awitan
cepat sehingga dapat membantu memindahkan glukosa kedalam sel dengan cepat.
-
Larutan glukosa ditambahkan
setelah insulin dan cairan membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl
-
Sangat bermanfaat dalam
perhitungan dan penyelesaikan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
Skema
Etiopatogenesis Diabetes Militus
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
Faktor
Genetik
Faktor
Induksi
Overnutrition
Malnutrition
Obesitas
Strees
unknow
|
Zat
kimia
Pankreas
Langerhans
Hipoplasi
|
Virus
Insulitis
Delayed
Hypersensitivity
Insulitis
Kerusakan
Buta
sel
DIABET
|
Lain-lain
Respon
imunologik
Regenerasi
Functioning
tumor
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar