Kamis, 08 Maret 2012

PEMERIKSAAN FISIK


1.      Hasil perkusi pada pemeriksaan thorax :
a.       Sonor : Suara paru normal
b.      Redup : Jaringan padat / konsulidasi paru → penyakit pneumoni
c.       Pekak : Cairan di rongga pleura
d.      Hipersonor : Perkusi daerah berongga atau kososng (Caverne , asma kronik , barrel chest)

2.      Pembagian kuadran dan regio pada abdomen :
a.       Pembagian kuadran :
1                 2


 
                                    3                 4
            Keterangan :
Anatomic Location of Organs by Quadrant
Kuadran kanan atas
  1. Hepar
  2. Usus 12 jari
  3. Kepala pankreas
  4. Ginjal bagian kanan
  5. Sebagian dari kolon asenden dan transversum
Kuadran kiri atas
  1. Lambung
  2. Limpa
  3. Lobus hati bag. kiri
  4. Badan pankreas
  5. Ginjal kiri dan kelenjar adrenal
  6. Usus besar
  7. Sebagian dari kolon asenden dan transversum
Kuadran kanan bawah
  1. Cecum
  2. Appendiks
  3. Ovarium kanan
  4. Ureter kanan
Kuadran kiri bawah
  1. Sebagian dari kolon desenden
  2. Kolon Sigmoid
  3. Ovarium kiri
  4. Ureter kiri

b.      Pembagian regio :
2                1                3
5                4               6
8                7               9
Keterangan :
1)      Epigastrika
2)      Hipochondria kanan
3)      Hipochondria kiri
4)      Umbilikalis
5)      Lumbalis kanan
6)      Lumbalis kiri
7)      Hipogastrika
8)      Iliaka (inguinal) kanan
9)      Iliaka (inguinal) kiri

3.      Pemeriksaan apendisitis
Titik Mc. Burney, letaknya di 2/3 garis imaginer antara sias dan umbilikus kanan. Tekan titik Mc. Burney dan lepaskan tiba – tiba atau ketika pasien merasa nyeri lepaskan.Perhatikan ekspresi wajah pasien.

4.      Pemeriksaan ginjal
a.       Perkusi :
Dilakukan pada dinding abdomen belakang pada costa vertebral angle. Letakkan telapak tangan kiri pada costa vertebral angle, perkusi dengan sisi ulnar kepalan tangan kanan.
Bila pasien mengeluh nyeri → infeksi saluran kemih, pyelonefritis
Normal : tidak terasa nyeri
b.      Palpasi :
Letakkan tangan kiri di bawah perut pada iga terbawah. Tangan kanan bagian atas.Minta pasien bernafas dalam, angkat tangan bagian bawah, sedang tangan kanan menekan dan mendorong masuk ke atas pada saat exhalasi.
Lakukan yang sama pada ginjal lainnya..
Normal : tidak teraba

5.      Mengapa hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal :
Karena terjadinya kerusakan progesif akibat tekanan tinggi pada kapiler – kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomelurus, darah akan mengalir ke unit – unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipuksis dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus , protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

6.       Bunyi jantung
a.       Bunyi jantung 1 terdengar sewaktu katup AV tertutup karena kontraksi ventrikel. Bunyi ini sedikit memanjang, bernada rendah, dan timbul pada permulaan sistole sewaktu tekanan di ventrikel lebih besar daripada atrium.
b.      Bunyi jantung kedua berlangsung lebih singkat dan timbul sewaktu katup outlet dari ventrikel, pulmonaris dan aorta, menutup.Hal ini terjadi selama diastol, saat ventrikel berelaksasi dan tekanan di dalam arteri pulmonarisdan aorta yang baru saja menerima aliran darah yang besar dari ventrikel lebih besar daripada tekanan di ventrikel kanan dan kiri.

7.      Osteoporosis       
a.       Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang yang memiliki penurunan matrix dan proses mineralisasi yang normal tetapi massa atau densitas tulang berkurang (Gallagher, 1999)
b.      Osteoporosis didefinisikan sebagai kelainan skeletal yang ditandai dengan adanya gangguan kekuatan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih besar resikonya untuk mengalami patah tulang. (Edi Mutamsir, 2001).     
Pada osteoporosis , kecepatan resorpsi tulang melebihi kecepatan pembentukan tulang, sebagai akibatnya tulang menjadi keropos secara progresif dan dapat mengalami fraktur karena faktor normal atau stres.
Bagian tulang yang umumnya diserang adalah (Djoko Roeshadi, 2001):
1.Pada tulang radius distal
2.Pada tulang vertebrae
3.Pada tulang kollum femur / pelvis

            Pembagian Osteoporosis

Chehab Rukmi Hylmi (1994) membagi osteoporosis sebagai berikut :
1.Osteoporosis Primer
2.Osteoporosis Sekunder
3.Osteoporosis Idiopatic

a)Osteoporosis Primer

         Osteoporosis primer adalah suatu osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dengan jelas ini merupakan kelompok terbesar.
Osteoporosis primer dibagi menjadi :
1.      Type I
                  Osteoporosis yang timbul pada wanita post menoupouse
2.      Type II
            Osteoporosis yang terdapat pada kedua jenis kelamin   dengan usia yang semakin bertambah (senilis)

b)      Osteoporosis Sekunder

         Osteoporosis sekunder adalah  suatu osteoporosis yang diketahui penyebabnya  jelas.
Biasanya disebabkan oleh :
1.      Endcrine disease
2.      Nutritional causes
3.      Drugs

c)Osteoporosis Idiopatic

         Yang dimaksud dengan osteoporosis jenis ini adalah terjadinya pengurangan masa tulang pada :
1.      Juvenile
2.      Adolesence
3.      Wanita pra menoupouse
4.      Laki-laki berusia muda /pertengahan
5.      Osteoporosis jenis ini lebih jarang terjadi.

8.    Gout artritis
Gout artritis adalah hasil dari metabolisme tubuh oleh salah satu protein, purin dan ginjal. Dalam kaitan ini, ginjal berfungsi mengatur kestabilan kadar asam urat dalam tubuh dimana sebagian sisa asam urat dibuang melalui air seni. Namun bila asam urat berlebihan dan ginjal tidak mampu lagi mengatur kestabilannya, maka asam urat ini akan menumpuk pada jaringan dan sendi. Pada saat kadar asam urat tinggi, akan timbul rasa nyeri yang hebat terutama pada daerah persendian. Gout artritis dapat diobati agar kadar dalam tubuhnya kembali normal. Tapi karena dalam tubuhnya ada potensi penumpukan asam urat, maka penderita harus mengontrol makanan yang dikonsumsi atau menghindari makanan yang banyak mengandung purin.

9.      Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit yang merupakan bagian dari arthritis, penyakit ini meyerang sendi terutama pada tangan, lutut dan pinggul. Orang yang terserangosteoarthritis biasanya susah menggerakkan sendi-sendinya dan pergerakannyamenjadi terbatas karena turunnya fungsi tulang rawan untuk menopang badan. Hal inidapat mengganggu produktifias seseorang. Osteoarthritis tidak hanya menyerangorang tua, tapi juga bisa menyerang orang yang muda dan berdasarkan penelitian,kebanyakan orang yang terkena osteoarthritis adalah wanita
(.Anonim. Handout of Health: Osteoarthritis. http : // www.niams.nih.gov / Health _Info/Osteoarthritis/default.asp. 17 november 2007)

10.  Osteomyelitis

Osteomyelitis adalah proses inflamasi akut atau kronik pada tulang dan struktur sekundernya karena infeksi oleh bakteri piogenik. Infeksi pada osteomyelitis dapat terjadi lokal atau dapat menyebar melalui periosteum, korteks, sumsum tulang, dan jaringan retikular. Jenis bakteri bevariasi berdasarkan pada umur pasien dan mekanisme dari infeksi itu sendiri.

11.  Flu Tulang

a.      Deskripsi
Flu Tulang disebabkan virus Parvovirus B19. Meski tidak menyebabkan kematian, penyakit ini menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini biasanya disebut sebagai chikungunya atau juga demam tulang. Penyebabnya sama seperti DBD, yakni nyamuk Aides Aegypty. Sifat Penyebarannya sangat cepat sehingga chikungunya sangat cepat, bisa menyebabkan kelumpuhan.
b.      Gejala
Gejala utama 
flu tulang adalah tubuh terasa demam, diikuti dengan linu di persendian. Gejala ngilu ini berlangsung hingga 2-4 minggu pasca flu biasa. Gejala lain, penderita merasa sangat kedinginan.
c.       Pengobatan
Biasanya kondisi kesehatan penderita akan berangsur-angsur membaik setelah 3 minggu. Para penderita sebaiknya mengkonsumsi makanan bergizi tinggi dan sedapat mungkin menghindari rokok, kopi dan makanan berlemak tinggi agar tidak menjadi lebih parah. Sangat dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi sembarang jenis obat flu yang ada di pasaran karena sangat berbahaya.

12.  Penanganan batuk dan pilek
Baik batuk maupun pilek merupakan suatu gejala, bukan penyakit. Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan dahak, riak, dan benda asing (misal kacang, dsb) dari saluran nafas,  sedangkan pilek adalah suatu gejala adanya cairan encer atau kental dari hidung yang disebut ingus.
Obat batuk dan pilek digunakan untuk menghilangkan gejala penyakit sehingga disebut simtomatik. Batuk dan pilek menyerang saluran pernapasan bagian atas dan seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari. Obat batuk dan pilek dapat digunakan bila dirasakan gejala sudah mengganggu.
a)      Obat Batuk
Batuk terdiri dari 2 jenis, yaitu batuk kering (non produktif) dan batuk berdahak (produktif). Untuk mengobati batuk tergantung dari jenis batuk yang diderita.
Obat batuk dibagi menjadi:
  1. Anti-tusif: dekstrometorfan dan difenhidramin
  2. Ekspektoran: guaifenesin, gliseril guaikolat, ammonium klorida, bromheksin dan succus liquiritiae
Antitusif digunakan untuk mengobati batuk kering, sedangkan ekspektoran untuk mengobati batuk berdahak. Antitusif bekerja dengan menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum lanjutan (medulla), sedangkan ekspektoran bekerja dengan memperbanyak produksi dahak encer yang menyebabkan kekentalannya mengurangi sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk
b)     Obat Pilek
Obat pilek dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
  1. Antihistamin: klorpeniramin, difenhidramin, feniramin dan tripolidin.
  2. Dekongestan: pseudoefedrin, efedrin, fenilefrin dan fenilpropanolamin.
Pilek dapat juga disebabkan alergi. Antihistamin (AH1) berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. Penyakit alergi tipe eksudatif akut dapat diobati oleh AH1 tetapi efeknya hanya membatasi dan menghambat efek histamin yang dilepaskan pada saat reaksi antigen-antibodi terjadi. Dekongestan bekerja dengan menimbulkan venokonstriksi (penyempitan pembuluh vena) dalam mukosa hidung sehingga mengurangi volume mukosa dan akhirnya dapat mengurangi penyumbatan hidung. Obat saluran nafas golongan dekongestan digunakan dengan tujuan untuk memperlancar pernafasan di hidung. Bentuk sediaan yang tersedia bisa tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam, inhaler, tetes hidung atau semprot hidung. Untuk semprot hidung baiknya konsultasi dulu ke dokter.
c)      Ketahui Penyebab Batuk dan Pilek
Sebelum memutuskan untuk mencari pengobatan, sebaiknya dicari dahulu penyebab pilek dan batuk tersebut. Untuk pilek dan batuk yang disebabkan oleh alergi sebaiknya menghindari zat penyebab alergi tersebut. Dalam mencari tahu penyebab batuk dan pilek, anda bisa mencari pertolongan dokter. Untuk mengobati batuk, penting untuk mengidentifikasi jenis batuk penderita apakah batuk kering atau batuk berdahak.
Antihistamin memiliki efek samping dapat menimbulkan kantuk, sehingga penggunaannya disesuaikan dengan aktivitas. Untuk pemilihan obat saluran nafas yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
13.  Dermatitis

DERMATITIS lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit.
Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Jenis – jenis dermatitis :
a.       Dermatitis atopi. Dermatitis atopi merupakan penyakit alergi yang cukup disering dialami bayi. Dermatitis atopi umumnya membaik dan sembuh sejalan bertambahnya usia. Gejala dermatitis atopi adalah gatal, kulit kemerahan, kulit kering, kemerahan-basah, yang timbul di daerah pipi, siku lengan bagian depan, leher, dan kaki. Dermatitis atopi dapat dicetuskan oleh makanan, baju anak, sabun/zat yang iritatif lainnya, dan berkeringat.
b.      Urtikaria. Urtikaria adalah kelainan kulit bentol-bentol dan sekitarnya kemerahan dan gatal. Urtikaria dapat dicetuskan oleh makanan, obat, dan sebagian tidak diketahui pencetusnya.
c.       Dermatitis kontak. Dermatitis kontak terjadi sebagai reaksi terhadap bahan yang menempel langsung pada kulit. Gejala dermatitis kontak adalah gatal, kemerahan, berair, lenting-lenting pada daerah yang kontak dengan alergen. Dermatitis kontak dapat dicetuskan sabun deterjen, bahan kimia, kain, gelang, sandal, dan sebagainya.
d.      Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita, misal : baju, handuk, dll.

Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah :
1)      Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum tidur
2)      Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam
3)      Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel atau plenthing/pustula)
4)      Predileksi atau lokasi tersering adalah pada sela-sela jari tangan, bagian fleksor pergelangan tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak bagian depan, perut bagian bawah, pantat, paha bagian dalam, daerah mammae/payudara, genital, dan pinggang.
5)      Pada pria khas ditemukan pada penis sedangkan pada wanita di aerola mammae. Pada bayi bisa dijumpai pada daerah kepala, muka, leher, kaki dan telapaknya
14.  Bentuk ruam kulit primer
a.       Makula: Kelainan kulit berbatas tegas setinggi permukaan kulit berupa
perubahan warna, bisa putih, coklat, merah dan hitam.
b.      Papula :Penonjolan padat di atas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter < 0,5 cm
c.       Plak:Penonjolan padat yang mendatar di atas permukaan kulit, diameter > 0,5 cm.
d.      Nodul :Penonjolan padat di atas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter > 0,5 cm tapi < 1 cm.
e.       Nodus/Tumor:Masa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan diameter > 1 cm.
f.       Kista:Suatu kantong yang berisi cairan, bisa encer atau semi solid.
g.      Vesikel: Gelembung berisi cairan jernih (serum) dengan diameter < 0,5 cm.
h.      Bula:Vesikel yang lebih besar dari 0,5 cm
i.        Pustul:Vesikel berisi nanah
j.        Eritema:Kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah kapiler
k.      Abses:Kumpulan nanah dalam jaringan / dalam kutis
atau subkutis

15.  Demam Thypoid

a.    Pengertian
Demam thypoid ( enteric fever ) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya  mengenai saluran pencernaan  dengan gejala demam yang lebih dari satu  minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran ( Nursalam dkk, 2005 : 152)
b.   Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah salmonella typhosa, basi gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora.
c.    Patofisiologi
Makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri salmonella typhosa masuk melalui mulut terus sampai ke saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus, melalui pembuluh limfe halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfe.
Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe, sehingga organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Basil masuk kedalam darah dan menyebar keseluruh tubuh terutama kelenjar limfoid usus halus, sehingga tukak berbentuk lonjong pada mukosanya, mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus, Gejala demam disebabkan oleh endotoxin.
d.   Tanda dan gejala
1)      Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala :
Prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan
2)      Lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat
3)      Nafsu makan berkurang

Tanda dan gejala yang biasanya ditemukan :
1)      Demam Bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi, selama minggu I suhu tubuh berangsur naik setiap hari.
2)      Gangguan pada saluran pencernaan . Pada mulut nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue ). Ujung dan tepinya kemerahan.
3)      Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen.
e.    Terapi medis ( pengobatan )
1)      Isolasi pasien, disinfektan pakaian.
2)      Perawatan untuk menghindari komplikasi.
3)      Istirahat selama demam sampai 2 minggu, sampai suhu normal.
4)      Diet makanan yang mengandung cairan, kalori dan tinggi protein.
5)      Obat : Kloramfenicol : hari I diberikan 4 x 1 ( 250 mg )
Hari II diberikan 4 x 2 sampai 3 hari turun panas
6)      Kemudian dilanjutkan 4 x 1 selama 1 minggu.
7)      Untuk menghindari komplikasi akibat pemakaian kloramfenicol, maka dapat diberikan ampicillin 60 – 150 mg / kg BB / hari. Pada penderita toksis dapat diberikan sebesar 4 gr / hari, sedangkan pada
8)      penderita lainnya 2 gr / hari.
9)      Bila penderita disertai toksis dapat diberikan kortikosteroid antara 3 – 5 hari, dan tidak diberikan bila terdapat kemungkinan perforasi.
10)  Vit B komplek dan Vit C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh kafiler.
Referensi
 Marylin E Doengoes. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 . EGC. Jakarta. 1999

16.  DHF (Dengue Haemorrhagic fever )
DHF (Dengue Haemorrhagic fever ) atau di kenal dengan Demam Berdarah diduga di ambil namanya dari gejala penyakitnya yaitu adanya demam /panas dan adanya perdarahan (Murwani 2009 : 125). Gambaran klinis dari DHF ini sangat bervariasi, mulai dari yang ringan ( DF ) sampai yang berat (DHF). Tetapi untuk memudahkan batasanya dapat kita bagi dalam 4 tingkatan menurut derajat keganasan / beratnya penyakit. (Murwani 2009 : 127-128).
a.       Derajat  I
Di tandai dengan :
1)      Demam
2)      Mual-muntah
3)      Anorexia
4)      Sakit kepala terus menerus
5)      Nyeri dibagian  epigastrium
6)      Nyeri di perputaran bola mata
7)      RL/ Torriquet test positif, tes ini adalah untuk mengetahui apakah sudah terjadi kebocoran
b.      Derajat II
Tanda-tanda seperti derajat 1 di tambah dengan perdarahan spontan pada kulit ( petechi, echimosis, dan purpura ) dan perdarahan yang lain seperti epistaxis, kematemesis, dan mekna.
c.       Derajat III
Pasien dalam pre shock dengan ditandai adanya kegagalan sirkulasi darah, hipotensi, pucat, kulit dingin, gelisah dan denyut nadi lembut.
d.      Derajat IV
Disebut juga DSS (Dengue Shock Sindrom).Pada tingkat ini pasien sudah dalam keadaan shock tekanan darah tidak terdengar dan nadi tidak teraba.
Selain tanda-tanda tersebut diatas pada penderita DHF dapa dijumpai pula tanda-tanda sebagai berikut :
1)      Pembesaran hepar (hepato megali)
2)      Thrombositopeni. Normal : 150 – 140 ribu/mm3.
3)      Hemokonsentrasi, Ht tinggi dengan kenaikan sampai 20%.
Normal            pria      : 40 – 54%
                        Wanita : 35 – 47%
4)      Masa perdarahan biasanya memanjang.
5)      cara penularan denga gigitan nyamuk.
17.  Debridement
Salah satu tahap  penanganan luka adalah mengangkat jaringan mati. Semasih di dalam luka ada jaringan mati (nekrotik), upaya apapun dikerjakan tidak akan berhasil. Sebab dengan adanya bagian jaringan yang membusuk, merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Mengakibatkan koloni bakteri akan makin berkembang, nanah semakin banyak dan kerusakan jaringan tambah lama tambah luas, sehingga jaringan yang rusak inipun menjadi mati dan membusuk.
Upaya untuk membersihkan luka macam ini disebut dengandebridement. Pengertiannya, selain menghilangkan jaringan mati juga membersihhkan luka dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh. Cara yang dikerjakan bisa secara pasif dengan mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material perawatan luka yang fungsinya untuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka yang nekrotik. Cara ini tidak cukup dikerjakan 1 atau dua kali, mesti beberapa kali hingga butuh beberapa hari. Atau bisa dikerjakan secara aktif, relatif lebih praktis, dengan melakukan pembedahan. Memang dibutuhkan keberanian melakukan hal ini walaupun pertimbangan estetik tubuh bukan lagi menjadi prioritas. Ada juga yang kurang umum diketahui, yakni dengan mechanical debridement dan biological debridement (menggunakan serangga).
18.  Sindrom nefrotik
1)      Sindrom nefrotik adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta sembab. Yang dimaksud proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar 50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun hingga kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejala-gejala klinis di atas, kadang-kadang dijumpai pula hipertensi, hematuri, bahkan kadang-kadang azotemia
2)      Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik penyakit
glomerulus yang di tandai dengan protenuria masif >3,5 gram / 24 jam / 1,73 m2 disertai hipoanbuminemia,edema anasarka , hiperlipidemia , lipiduria ,dan hiperkoagulabilitas.
Referensi :
1)        Suryadi dan Yuliani, Rita. 2001. Praktek klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.
2)        Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC.
3)        Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Jilid 1. Media Aesculapius.

19.  Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
a.       Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil10-15 gram/dL
b.      Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL, neonatus 14-27 gram/dL
c.       Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
d.      Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.

20.  Penyakit pada mata:
a.      Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua. Ablasio retina lebih besar kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) dan pada orang orang yang anggota keluarganya ada yang pernah mengalami ablasio retina. Ablasio retina dapat pula disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, akibat trauma atau sebagai komplikasi dari diabetes. Bila tidak segera dilakukan tindakan, ablasio retina dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan yang menetap. Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang terdiri dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata bagian dalam, berfungsi seperti film pada kamera foto, cahaya yang melalui lensa akan difokuskan ke retina. Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya inilah yang menangkap “gambar” dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik
b.      Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada sakus lakrimalis atau saluran air mata yang berada di dekat hidung. Infeksi ini menyebabkan nyeri, kemerahan, dan pembengkakan pada kelopak mata bawah, serta terjadinya pengeluaran air mata berlebihan (epifora). Radang ini sering disebabkan obstruksi nasolakirmalis oleh bakteri S. aureus, S. pneumoniae, Pseudomonas.
c.       Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
d.      Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya. dalam perkembangan katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, menguning secara bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi membutakan jika tidak diobati. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.
e.       Konjungtivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan padakonjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yangdisebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, daniritasi bahan-bahan kimia (Anonim, 2009).

21.  Pemeriksaan refleks.

a.      Refleks Superficial
1)      Refleks dinding perut : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial. Respon : kontraksi dinding perut.
2)      Refleks Cremaster : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah. Respon : elevasi testes ipsilateral.
3)      Refleks Gluteal : goresan atau tusukan pada daerah gluteal. Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral.
b.      Refleks Tendon / Periosteum
1)      Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku.
2)      Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
3)      Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi m.brachiradialis.
4)      Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates.
5)      Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.
6)      Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.
7)      Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal. Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
8)      Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.
c.    Refleks Patologis
1)      Babinsky : penggoresan telapak longlegs bagian lateral dari posterior ke anterior. Respon : ekstensi ibu jari longlegs dan pengembangan jari longlegs lainnya.
2)      Chadock : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior. Respon : seperti babinsky.
3)      Oppenheim : pengurutan krista anterior tibia dari proksimal ke distal. Respon : seperti babinsky.
4)      Gordon : penekanan betis secara keras. Respon : seperti babinsky.
5)      Schaefer : memencet tendon achilles secara keras. Respon : seperti babinsky.
6)      Gonda : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari longlegs ke-4. Respon : seperti babinsky.
7)      Stransky : penekukan (lateral) jari longlegs ke-5. Respon : seperti babinsky.
8)      Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi jari-jari longlegs pada sendi interfalangeal.
9)      Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum. Respon : seperti rossolimo.
10)  Hoffman : goresan pada kuku jari tengah pasien. Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi.
11)  Trommer : colekan pada ujung jari tengah pasien. Respon : seperti Hoffman.
12)  Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan dengan bagian ventral menghadap ke atas. Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku.
13)  Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan. Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari.

e.       Refleks Primitive
               i.              Sucking Reflex : sentuhan pada bibir. Respon : gerakan bibir, lidah, dan rahang bawah seolah-olah menyusui.
             ii.              Snout Reflex : ketukan pada bibir atas. Respon : kontraksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung.
           iii.              Grasps Reflex : penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien. Respon : tangan pasien mengepal.
           iv.              Palmo-mental Reflex : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar. Respon : kontraksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral).

22.  Mengapa garam dapat menyebabkan hipertensi???
Natrium dalam garam (NaCl) sebenarnya bermanfaat untuk menjaga regulasi volume dan tekanan darah, menjaga kontraksi otot serta transmisi sel saraf, serta membantu keseimbangan air, asam dan basa dalam tubuh. Namun berdasarkan Panduan Umum Gizi Seimbang 2003, konsumsi garam tidak boleh lebih dari 6 gram (1 sendok teh) dalam 1 hari atau sama dengan 2300 mg natrium. Garam sangat erat dengan hipertensi. Setengah sendok teh garam saja bisa menaikkan tekanan sistolik naik sebesar 5 poin dan tekanan diastolik naik 3 poin, ini berdasarkan penelitian.
Kandungan garam yang tinggi dalam tubuh dapat mengganggu kerja ginjal. Garam harus dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal, tetapi karena natrium sifatnya mengikat banyak air, maka makin tinggi garam membuat volume darah meningkat. Volume darah semakin tinggi sedangkan lebar pembuluh darah tetap, maka alirannya jadi deras, yang artinya tekanan darah menjadi semakin meningkat. Ini juga dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Sumber : Nutrifood Research Centre, Program Development and Scientific Support, dalam acara Media Sharing ‘Garam dan Hipertensi’ di Penang Bistro Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (23/2/2011).

23.  Jantung

Secara internal, jantung dipisahkan oleh sebuah lapisan otot menjadi dua belah bagian, dari atas ke bawah, menjadi dua pompa. Kedua pompa ini sejak lahir tidak pernah tersambung. Belahan ini terdiri dari dua rongga yang dipisahkan oleh dinding jantung. Maka dapat disimpulkan bahwa jantung terdiri dari empat rongga, serambi kanan & kiri dan bilik kanan & kiri.
Dinding serambi jauh lebih tipis dibandingkan dinding bilik karena bilik harus melawan gaya gravitasi bumi untuk memompa dari bawah ke atas, khususnya di aorta, untuk memompa ke seluruh bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah. Dua pasang rongga (bilik dan serambi bersamaan) di masing-masing belahan jantung disambungkan oleh sebuah katup. Katup di antara serambi kanan dan bilik kanan disebut katup trikuspidalis atau katup berdaun tiga. Sedangkan katup yang ada di antara serambi kiri dan bilik kiri disebut katup mitralis atau katup berdaun dua.
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam serambi kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam bilik kanan.
Darah dari bilik kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen (darah bersih) mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke serambi kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam serambi kiri akan didorong menuju bilik kiri, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru. (Sumber : Sherwood L. fisiologi manusia : dari sel ke sistem. EGC. Jakarta. 2001Sumber: www.klikdokter.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar