1.
Hasil
perkusi pada pemeriksaan thorax :
a. Sonor
: Suara paru normal
b. Redup
: Jaringan padat / konsulidasi paru → penyakit pneumoni
c. Pekak
: Cairan di rongga pleura
d. Hipersonor
: Perkusi daerah berongga atau kososng (Caverne , asma kronik , barrel chest)
2.
Pembagian
kuadran dan regio pada abdomen :
a. Pembagian
kuadran :
1
2
3
4
Keterangan :
Anatomic Location of Organs by Quadrant
Kuadran kanan atas
|
Kuadran kiri atas
|
Kuadran kanan bawah
|
Kuadran kiri bawah
|
b. Pembagian regio :
2 1 3
5 4 6
8 7 9
Keterangan
:
1) Epigastrika
2) Hipochondria
kanan
3) Hipochondria
kiri
4) Umbilikalis
5) Lumbalis
kanan
6) Lumbalis
kiri
7) Hipogastrika
8) Iliaka
(inguinal) kanan
9) Iliaka
(inguinal) kiri
3.
Pemeriksaan
apendisitis
Titik Mc. Burney,
letaknya di 2/3 garis imaginer antara sias dan umbilikus kanan. Tekan titik Mc.
Burney dan lepaskan tiba – tiba atau ketika pasien merasa nyeri
lepaskan.Perhatikan ekspresi wajah pasien.
4.
Pemeriksaan
ginjal
a.
Perkusi :
Dilakukan
pada dinding abdomen belakang pada costa vertebral angle. Letakkan telapak
tangan kiri pada costa vertebral angle, perkusi dengan sisi ulnar kepalan
tangan kanan.
Bila
pasien mengeluh nyeri → infeksi saluran kemih, pyelonefritis
Normal
: tidak terasa nyeri
b.
Palpasi :
Letakkan
tangan kiri di bawah perut pada iga terbawah. Tangan kanan bagian atas.Minta
pasien bernafas dalam, angkat tangan bagian bawah, sedang tangan kanan menekan
dan mendorong masuk ke atas pada saat exhalasi.
Lakukan
yang sama pada ginjal lainnya..
Normal
: tidak teraba
5.
Mengapa
hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal :
Karena
terjadinya kerusakan progesif akibat tekanan tinggi pada kapiler – kapiler
ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomelurus, darah akan mengalir ke unit –
unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipuksis dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus , protein akan keluar
melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
6.
Bunyi jantung
a.
Bunyi jantung 1 terdengar sewaktu katup
AV tertutup karena kontraksi ventrikel. Bunyi ini sedikit memanjang, bernada
rendah, dan timbul pada permulaan sistole sewaktu tekanan di ventrikel lebih
besar daripada atrium.
b.
Bunyi jantung kedua berlangsung lebih
singkat dan timbul sewaktu katup outlet dari ventrikel, pulmonaris dan aorta, menutup.Hal
ini terjadi selama diastol, saat ventrikel berelaksasi dan tekanan di dalam
arteri pulmonarisdan aorta yang baru saja menerima aliran darah yang besar dari
ventrikel lebih besar daripada tekanan di ventrikel kanan dan kiri.
7.
Osteoporosis
a.
Osteoporosis adalah penyakit metabolik
tulang yang memiliki penurunan matrix dan proses mineralisasi yang normal
tetapi massa atau densitas tulang berkurang (Gallagher, 1999)
b. Osteoporosis
didefinisikan sebagai kelainan skeletal yang ditandai dengan adanya gangguan
kekuatan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih besar resikonya untuk
mengalami patah tulang. (Edi Mutamsir, 2001).
Pada osteoporosis , kecepatan resorpsi tulang
melebihi kecepatan pembentukan tulang, sebagai akibatnya tulang menjadi keropos
secara progresif dan dapat mengalami fraktur karena faktor normal atau stres.
Bagian tulang yang umumnya diserang adalah (Djoko Roeshadi, 2001):
1.Pada
tulang radius distal
2.Pada
tulang vertebrae
3.Pada
tulang kollum femur / pelvis
Pembagian Osteoporosis
Chehab
Rukmi Hylmi (1994) membagi osteoporosis sebagai berikut :
1.Osteoporosis
Primer
2.Osteoporosis
Sekunder
3.Osteoporosis
Idiopatic
a)Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer adalah suatu
osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dengan jelas ini merupakan
kelompok terbesar.
Osteoporosis
primer dibagi menjadi :
1. Type
I
Osteoporosis yang timbul pada
wanita post menoupouse
2. Type
II
Osteoporosis yang
terdapat pada kedua jenis kelamin
dengan usia yang semakin bertambah (senilis)
b) Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder adalah suatu osteoporosis yang diketahui
penyebabnya jelas.
Biasanya
disebabkan oleh :
1. Endcrine
disease
2. Nutritional
causes
3. Drugs
c)Osteoporosis Idiopatic
Yang dimaksud dengan osteoporosis jenis
ini adalah terjadinya pengurangan masa tulang pada :
1. Juvenile
2. Adolesence
3. Wanita
pra menoupouse
4. Laki-laki
berusia muda /pertengahan
5. Osteoporosis
jenis ini lebih jarang terjadi.
8.
Gout
artritis
Gout artritis adalah hasil dari metabolisme tubuh oleh salah
satu protein, purin dan ginjal. Dalam kaitan ini, ginjal berfungsi mengatur
kestabilan kadar asam urat dalam tubuh dimana sebagian sisa asam urat dibuang
melalui air seni. Namun bila asam urat berlebihan dan ginjal tidak mampu lagi
mengatur kestabilannya, maka asam urat ini akan menumpuk pada jaringan dan
sendi. Pada saat kadar asam urat tinggi, akan timbul rasa nyeri yang hebat
terutama pada daerah persendian. Gout artritis dapat diobati agar kadar dalam
tubuhnya kembali normal. Tapi karena dalam tubuhnya ada potensi penumpukan asam
urat, maka penderita harus mengontrol makanan yang dikonsumsi atau menghindari
makanan yang banyak mengandung purin.
9.
Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit yang merupakan bagian dari arthritis,
penyakit ini meyerang sendi terutama pada tangan, lutut dan pinggul. Orang yang
terserangosteoarthritis biasanya susah menggerakkan sendi-sendinya dan
pergerakannyamenjadi terbatas karena turunnya fungsi tulang rawan untuk
menopang badan. Hal inidapat mengganggu produktifias seseorang. Osteoarthritis
tidak hanya menyerangorang tua, tapi juga bisa menyerang orang yang muda dan
berdasarkan penelitian,kebanyakan orang yang terkena osteoarthritis adalah
wanita
(.Anonim.
Handout of Health: Osteoarthritis. http : // www.niams.nih.gov
/ Health _Info/Osteoarthritis/default.asp. 17 november 2007)
10. Osteomyelitis
Osteomyelitis adalah
proses inflamasi akut atau kronik pada tulang dan struktur sekundernya karena
infeksi oleh bakteri piogenik. Infeksi pada osteomyelitis
dapat terjadi lokal atau dapat menyebar melalui periosteum, korteks, sumsum
tulang, dan jaringan retikular. Jenis bakteri bevariasi berdasarkan pada umur
pasien dan mekanisme dari infeksi itu sendiri.
11. Flu Tulang
a.
Deskripsi
Flu Tulang disebabkan virus Parvovirus B19. Meski tidak menyebabkan kematian, penyakit ini menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini biasanya disebut sebagai chikungunya atau juga demam tulang. Penyebabnya sama seperti DBD, yakni nyamuk Aides Aegypty. Sifat Penyebarannya sangat cepat sehingga chikungunya sangat cepat, bisa menyebabkan kelumpuhan.
Flu Tulang disebabkan virus Parvovirus B19. Meski tidak menyebabkan kematian, penyakit ini menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini biasanya disebut sebagai chikungunya atau juga demam tulang. Penyebabnya sama seperti DBD, yakni nyamuk Aides Aegypty. Sifat Penyebarannya sangat cepat sehingga chikungunya sangat cepat, bisa menyebabkan kelumpuhan.
b.
Gejala
Gejala utama flu tulang adalah tubuh terasa demam, diikuti dengan linu di persendian. Gejala ngilu ini berlangsung hingga 2-4 minggu pasca flu biasa. Gejala lain, penderita merasa sangat kedinginan.
Gejala utama flu tulang adalah tubuh terasa demam, diikuti dengan linu di persendian. Gejala ngilu ini berlangsung hingga 2-4 minggu pasca flu biasa. Gejala lain, penderita merasa sangat kedinginan.
c.
Pengobatan
Biasanya kondisi kesehatan penderita akan berangsur-angsur membaik setelah 3 minggu. Para penderita sebaiknya mengkonsumsi makanan bergizi tinggi dan sedapat mungkin menghindari rokok, kopi dan makanan berlemak tinggi agar tidak menjadi lebih parah. Sangat dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi sembarang jenis obat flu yang ada di pasaran karena sangat berbahaya.
Biasanya kondisi kesehatan penderita akan berangsur-angsur membaik setelah 3 minggu. Para penderita sebaiknya mengkonsumsi makanan bergizi tinggi dan sedapat mungkin menghindari rokok, kopi dan makanan berlemak tinggi agar tidak menjadi lebih parah. Sangat dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi sembarang jenis obat flu yang ada di pasaran karena sangat berbahaya.
12. Penanganan batuk
dan pilek
Baik batuk maupun pilek merupakan
suatu gejala, bukan penyakit. Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh
untuk mengeluarkan dahak, riak, dan benda asing (misal kacang, dsb) dari
saluran nafas, sedangkan pilek adalah
suatu gejala adanya cairan encer atau kental dari hidung yang disebut ingus.
Obat batuk dan pilek digunakan
untuk menghilangkan gejala penyakit sehingga disebut simtomatik. Batuk dan
pilek menyerang saluran pernapasan bagian atas dan seringkali mengganggu
aktivitas sehari-hari. Obat batuk dan pilek dapat digunakan bila dirasakan
gejala sudah mengganggu.
a) Obat Batuk
Batuk terdiri dari 2 jenis, yaitu batuk kering (non
produktif) dan batuk berdahak (produktif). Untuk mengobati batuk
tergantung dari jenis batuk yang diderita.
Obat batuk dibagi menjadi:
- Anti-tusif: dekstrometorfan dan difenhidramin
- Ekspektoran: guaifenesin, gliseril guaikolat, ammonium klorida, bromheksin dan succus liquiritiae
Antitusif digunakan untuk mengobati batuk kering, sedangkan
ekspektoran untuk mengobati batuk berdahak. Antitusif bekerja dengan menekan
rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum lanjutan (medulla),
sedangkan ekspektoran bekerja dengan memperbanyak produksi dahak encer yang
menyebabkan kekentalannya mengurangi sehingga mempermudah pengeluarannya dengan
batuk
b) Obat Pilek
Obat pilek dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
- Antihistamin: klorpeniramin, difenhidramin, feniramin dan tripolidin.
- Dekongestan: pseudoefedrin, efedrin, fenilefrin dan fenilpropanolamin.
Pilek dapat juga disebabkan alergi. Antihistamin (AH1)
berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau
mengobati mabuk perjalanan. Penyakit alergi tipe eksudatif akut dapat diobati
oleh AH1 tetapi efeknya hanya membatasi dan menghambat efek histamin yang
dilepaskan pada saat reaksi antigen-antibodi terjadi. Dekongestan bekerja
dengan menimbulkan venokonstriksi (penyempitan pembuluh vena) dalam mukosa
hidung sehingga mengurangi volume mukosa dan akhirnya dapat mengurangi
penyumbatan hidung. Obat saluran nafas golongan dekongestan digunakan dengan
tujuan untuk memperlancar pernafasan di hidung. Bentuk sediaan yang tersedia
bisa tablet lepas lambat, sirup dan drop, balsam, inhaler, tetes hidung atau
semprot hidung. Untuk semprot hidung baiknya konsultasi dulu ke dokter.
c) Ketahui Penyebab
Batuk dan Pilek
Sebelum memutuskan untuk mencari
pengobatan, sebaiknya dicari dahulu penyebab pilek dan batuk tersebut. Untuk
pilek dan batuk yang disebabkan oleh alergi sebaiknya menghindari zat penyebab
alergi tersebut. Dalam mencari tahu penyebab batuk dan pilek, anda bisa mencari
pertolongan dokter. Untuk mengobati batuk, penting untuk mengidentifikasi jenis
batuk penderita apakah batuk kering atau batuk berdahak.
Antihistamin memiliki efek samping
dapat menimbulkan kantuk, sehingga penggunaannya disesuaikan dengan aktivitas.
Untuk pemilihan obat saluran nafas yang tepat ada baiknya anda harus periksakan
diri dan konsultasi ke dokter.
13. Dermatitis
DERMATITIS lebih dikenal
sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis
dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama
kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan
gatal pada kulit.
Dermatitis tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian,
penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Jenis –
jenis dermatitis :
a.
Dermatitis atopi. Dermatitis atopi merupakan penyakit alergi yang cukup disering dialami
bayi. Dermatitis atopi umumnya membaik dan sembuh sejalan bertambahnya usia.
Gejala dermatitis atopi adalah gatal, kulit kemerahan, kulit kering,
kemerahan-basah, yang timbul di daerah pipi, siku lengan bagian depan, leher,
dan kaki. Dermatitis atopi dapat dicetuskan oleh makanan, baju anak, sabun/zat
yang iritatif lainnya, dan berkeringat.
b.
Urtikaria. Urtikaria adalah kelainan kulit bentol-bentol dan sekitarnya kemerahan dan
gatal. Urtikaria dapat dicetuskan oleh makanan, obat, dan sebagian tidak
diketahui pencetusnya.
c. Dermatitis kontak. Dermatitis kontak terjadi
sebagai reaksi terhadap bahan yang menempel langsung pada kulit. Gejala
dermatitis kontak adalah gatal, kemerahan, berair, lenting-lenting pada daerah
yang kontak dengan alergen. Dermatitis kontak dapat dicetuskan sabun deterjen,
bahan kimia, kain, gelang, sandal, dan sebagainya.
d.
Skabies adalah
penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya gudig. Penyebabnya
adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui
kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang
dipakai penderita, misal : baju, handuk, dll.
Gejala
klinis yang sering menyertai penderita adalah :
1)
Gatal yang hebat terutama pada malam hari sebelum
tidur
2)
Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil
bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas-bekas lesi yang berwarna hitam
3)
Dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa dilihat
adanya kunikulus atau lorong di atas papula (vesikel atau plenthing/pustula)
4)
Predileksi atau lokasi tersering adalah pada sela-sela
jari tangan, bagian fleksor pergelangan tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak
bagian depan, perut bagian bawah, pantat, paha bagian dalam, daerah
mammae/payudara, genital, dan pinggang.
5)
Pada pria khas ditemukan pada penis sedangkan pada
wanita di aerola mammae. Pada bayi bisa dijumpai pada daerah kepala, muka,
leher, kaki dan telapaknya
14.
Bentuk ruam
kulit primer
a.
Makula: Kelainan kulit
berbatas tegas setinggi permukaan kulit berupa
perubahan
warna, bisa putih, coklat, merah dan hitam.
b.
Papula :Penonjolan padat di
atas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter < 0,5 cm
c.
Plak:Penonjolan padat yang
mendatar di atas permukaan kulit, diameter > 0,5 cm.
d.
Nodul :Penonjolan padat di
atas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter > 0,5 cm tapi < 1 cm.
e.
Nodus/Tumor:Masa padat
sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan diameter > 1 cm.
f. Kista:Suatu
kantong yang berisi cairan, bisa encer atau semi solid.
g.
Vesikel: Gelembung berisi cairan jernih (serum) dengan diameter < 0,5
cm.
h.
Bula:Vesikel yang lebih
besar dari 0,5 cm
i.
Pustul:Vesikel berisi nanah
j.
Eritema:Kemerahan
pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah kapiler
k.
Abses:Kumpulan
nanah dalam jaringan / dalam kutis
atau subkutis
15. Demam Thypoid
a.
Pengertian
Demam thypoid ( enteric fever ) adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang
lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran ( Nursalam dkk, 2005 : 152)
b.
Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah salmonella typhosa, basi gram
negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora.
c.
Patofisiologi
Makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri salmonella
typhosa masuk melalui mulut terus sampai ke saluran pencernaan. Basil diserap
di usus halus, melalui pembuluh limfe halus masuk ke dalam peredaran darah sampai
di organ-organ terutama hati dan limfe.
Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan
limfe, sehingga organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan.
Basil masuk kedalam darah dan menyebar keseluruh tubuh terutama kelenjar limfoid
usus halus, sehingga tukak berbentuk lonjong pada mukosanya, mengakibatkan
perdarahan dan perforasi usus, Gejala demam disebabkan oleh endotoxin.
d.
Tanda dan gejala
1)
Selama masa inkubasi
mungkin ditemukan gejala :
Prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan
Prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan
2)
Lesu, nyeri kepala, pusing
dan tidak bersemangat
3)
Nafsu makan berkurang
Tanda dan gejala yang biasanya
ditemukan :
1)
Demam Bersifat febris
remiten dan suhu tidak tinggi, selama minggu I suhu tubuh berangsur naik setiap
hari.
2)
Gangguan pada saluran
pencernaan . Pada mulut nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah,
lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue ). Ujung dan tepinya
kemerahan.
3)
Gangguan kesadaran.
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu apatis
sampai somnolen.
e.
Terapi medis ( pengobatan )
1)
Isolasi pasien, disinfektan
pakaian.
2)
Perawatan untuk
menghindari komplikasi.
3)
Istirahat selama demam
sampai 2 minggu, sampai suhu normal.
4)
Diet makanan yang
mengandung cairan, kalori dan tinggi protein.
5)
Obat : Kloramfenicol :
hari I diberikan 4 x 1 ( 250 mg )
Hari II diberikan 4 x 2 sampai 3 hari turun panas
Hari II diberikan 4 x 2 sampai 3 hari turun panas
6)
Kemudian dilanjutkan 4 x 1
selama 1 minggu.
7)
Untuk menghindari
komplikasi akibat pemakaian kloramfenicol, maka dapat diberikan ampicillin 60 –
150 mg / kg BB / hari. Pada penderita toksis dapat diberikan sebesar 4 gr /
hari, sedangkan pada
8)
penderita lainnya 2 gr /
hari.
9)
Bila penderita disertai
toksis dapat diberikan kortikosteroid antara 3 – 5 hari, dan tidak diberikan
bila terdapat kemungkinan perforasi.
10) Vit B komplek dan Vit C sangat diperlukan untuk menjaga
kesegaran dan kekuatan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh kafiler.
Referensi
Marylin E Doengoes. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 . EGC. Jakarta. 1999
Marylin E Doengoes. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 . EGC. Jakarta. 1999
16. DHF (Dengue Haemorrhagic fever )
DHF (Dengue
Haemorrhagic fever ) atau di kenal dengan Demam Berdarah diduga di ambil
namanya dari gejala penyakitnya yaitu adanya demam /panas dan adanya perdarahan
(Murwani 2009 : 125). Gambaran klinis dari DHF ini sangat bervariasi, mulai
dari yang ringan ( DF ) sampai yang berat (DHF). Tetapi untuk memudahkan
batasanya dapat kita bagi dalam 4 tingkatan menurut derajat keganasan /
beratnya penyakit. (Murwani 2009 : 127-128).
a.
Derajat
I
Di tandai dengan :
1) Demam
2) Mual-muntah
3) Anorexia
4) Sakit
kepala terus menerus
5) Nyeri
dibagian epigastrium
6) Nyeri
di perputaran bola mata
7) RL/
Torriquet test positif, tes ini adalah untuk mengetahui apakah sudah terjadi
kebocoran
b.
Derajat II
Tanda-tanda
seperti derajat 1 di tambah dengan perdarahan spontan pada kulit ( petechi,
echimosis, dan purpura ) dan perdarahan yang lain seperti epistaxis,
kematemesis, dan mekna.
c.
Derajat III
Pasien
dalam pre shock dengan ditandai adanya kegagalan sirkulasi darah, hipotensi,
pucat, kulit dingin, gelisah dan denyut nadi lembut.
d.
Derajat IV
Disebut
juga DSS (Dengue Shock Sindrom).Pada tingkat ini pasien sudah dalam keadaan
shock tekanan darah tidak terdengar dan nadi tidak teraba.
Selain
tanda-tanda tersebut diatas pada penderita DHF dapa dijumpai pula tanda-tanda
sebagai berikut :
1) Pembesaran
hepar (hepato megali)
2) Thrombositopeni.
Normal : 150 – 140 ribu/mm3.
3) Hemokonsentrasi,
Ht tinggi dengan kenaikan sampai 20%.
Normal pria :
40 – 54%
Wanita :
35 – 47%
4) Masa
perdarahan biasanya memanjang.
5) cara
penularan denga gigitan nyamuk.
17. Debridement
Salah satu tahap penanganan luka adalah mengangkat jaringan
mati. Semasih di dalam luka ada
jaringan mati (nekrotik), upaya apapun dikerjakan tidak akan berhasil. Sebab
dengan adanya bagian jaringan yang membusuk, merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri. Mengakibatkan koloni bakteri akan makin berkembang, nanah
semakin banyak dan kerusakan jaringan tambah lama tambah luas, sehingga
jaringan yang rusak inipun menjadi mati dan membusuk.
Upaya untuk membersihkan luka macam ini
disebut dengandebridement. Pengertiannya, selain menghilangkan jaringan
mati juga membersihhkan luka dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk
benda asing bagi tubuh. Cara yang dikerjakan bisa secara pasif dengan
mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material perawatan luka yang
fungsinya untuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka yang nekrotik. Cara
ini tidak cukup dikerjakan 1 atau dua kali, mesti beberapa kali hingga butuh
beberapa hari. Atau bisa dikerjakan secara aktif, relatif lebih praktis,
dengan melakukan pembedahan. Memang dibutuhkan keberanian melakukan
hal ini walaupun pertimbangan estetik tubuh bukan lagi menjadi prioritas. Ada
juga yang kurang umum diketahui, yakni dengan mechanical debridement dan
biological debridement (menggunakan serangga).
18. Sindrom
nefrotik
1)
Sindrom nefrotik adalah salah satu penyakit ginjal yang sering
dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri
dari proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta sembab.
Yang dimaksud proteinuria masif adalah apabila didapatkan proteinuria sebesar
50-100 mg/kg berat badan/hari atau lebih. Albumin dalam darah biasanya menurun
hingga kurang dari 2,5 gram/dl. Selain gejala-gejala klinis di atas,
kadang-kadang dijumpai pula hipertensi, hematuri, bahkan kadang-kadang azotemia
2)
Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik
penyakit
glomerulus yang di tandai dengan protenuria masif >3,5 gram / 24 jam / 1,73 m2 disertai hipoanbuminemia,edema anasarka , hiperlipidemia , lipiduria ,dan hiperkoagulabilitas.
glomerulus yang di tandai dengan protenuria masif >3,5 gram / 24 jam / 1,73 m2 disertai hipoanbuminemia,edema anasarka , hiperlipidemia , lipiduria ,dan hiperkoagulabilitas.
Referensi :
1)
Suryadi dan Yuliani, Rita. 2001. Praktek klinik Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.
2)
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit.
EGC.
3)
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta
Kedokteran, edisi ketiga, Jilid 1. Media Aesculapius.
19. Pemeriksaan Hemoglobin
(Hb)
a.
Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita
12-16 gram/dL, wanita hamil10-15 gram/dL
b.
Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL,
bayi 10-17 gram/dL, neonatus 14-27 gram/dL
c.
Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan
dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain
pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik,
dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam
asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb
< 5 gram/dL.
d.
Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka
bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale),
dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan
tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
20.
Penyakit pada mata:
a.
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel
pigmen retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat
terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah
baya atau lebih tua. Ablasio retina lebih besar kemungkinannya terjadi pada
orang yang menderita rabun jauh (miopia) dan pada orang orang yang anggota
keluarganya ada yang pernah mengalami ablasio retina. Ablasio retina dapat pula
disebabkan oleh penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, akibat
trauma atau sebagai komplikasi dari diabetes. Bila tidak segera dilakukan
tindakan, ablasio retina dapat menyebabkan cacat penglihatan atau kebutaan yang
menetap. Retina adalah jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya,
yang terdiri dari sel-sel dan serabut saraf. Retina melapisi dinding mata
bagian dalam, berfungsi seperti film pada kamera foto, cahaya yang melalui
lensa akan difokuskan ke retina. Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya
inilah yang menangkap “gambar” dan menyalurkannya ke otak melalui saraf optik
b.
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada sakus lakrimalis atau
saluran air mata yang berada di dekat hidung. Infeksi ini menyebabkan nyeri,
kemerahan, dan pembengkakan pada kelopak mata bawah, serta terjadinya
pengeluaran air mata berlebihan (epifora). Radang ini sering disebabkan
obstruksi nasolakirmalis oleh bakteri S. aureus, S. pneumoniae, Pseudomonas.
c.
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang
secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang
sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf
mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak
mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
d. Katarak adalah
sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata
menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi
sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan
cahaya. dalam perkembangan katarak yang terkait dengan usia penderita dapat
menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, menguning secara
bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak
biasanya berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan
berpotensi membutakan jika tidak diobati. Kondisi ini biasanya memengaruhi
kedua mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.
e. Konjungtivitis (konjungtivitis, pink eye) merupakan peradangan padakonjungtiva
(lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yangdisebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, daniritasi
bahan-bahan kimia (Anonim, 2009).
21.
Pemeriksaan refleks.
a.
Refleks Superficial
1) Refleks dinding perut : goresan dinding
perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari
lateral ke medial. Respon : kontraksi dinding perut.
2) Refleks Cremaster : goresan pada kulit
paha sebelah medial dari atas ke bawah. Respon : elevasi testes ipsilateral.
3) Refleks Gluteal : goresan atau tusukan
pada daerah gluteal. Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral.
b.
Refleks Tendon / Periosteum
1) Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari
pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah
diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku.
2) Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada
tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan
sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
3) Refleks Periosto Radialis : ketukan pada
periosteum ujung distal os symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sedikit
pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena
kontraksi m.brachiradialis.
4) Refleks Periostoulnaris : ketukan pada
periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara
pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator
quadrates.
5) Refleks Patela (KPR) : ketukan pada
tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi
m.quadrises femoris.
6) Refleks Achilles (APR) : ketukan pada
tendon achilles. Respon : plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.
7) Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong
os patella ke arah distal. Respon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris
selama stimulus berlangsung.
8)
Refleks
Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi tungkai fleksi di
sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus
berlangsung.
c.
Refleks Patologis
1) Babinsky : penggoresan telapak longlegs
bagian lateral dari posterior ke anterior. Respon : ekstensi ibu jari longlegs
dan pengembangan jari longlegs lainnya.
2) Chadock : penggoresan kulit dorsum pedis
bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior. Respon :
seperti babinsky.
3) Oppenheim : pengurutan krista anterior
tibia dari proksimal ke distal. Respon : seperti babinsky.
4) Gordon : penekanan betis secara keras.
Respon : seperti babinsky.
5) Schaefer : memencet tendon achilles
secara keras. Respon : seperti babinsky.
6) Gonda : penekukan (plantar fleksi)
maksimal jari longlegs ke-4. Respon : seperti babinsky.
7) Stransky : penekukan (lateral) jari
longlegs ke-5. Respon : seperti babinsky.
8) Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki.
Respon : fleksi jari-jari longlegs pada sendi interfalangeal.
9) Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum
pedis pada daerah os coboideum. Respon : seperti rossolimo.
10) Hoffman : goresan pada kuku jari tengah
pasien. Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi.
11) Trommer : colekan pada ujung jari tengah
pasien. Respon : seperti Hoffman.
12) Leri : fleksi maksimal tangan pada
pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan dengan bagian ventral menghadap ke
atas. Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku.
13) Mayer : fleksi maksimal jari tengah
pasien ke arah telapak tangan. Respon : tidak terjadi oposisi ibu jari.
e.
Refleks Primitive
i.
Sucking
Reflex : sentuhan pada bibir. Respon : gerakan bibir, lidah, dan rahang bawah
seolah-olah menyusui.
ii.
Snout
Reflex : ketukan pada bibir atas. Respon : kontraksi otot-otot disekitar bibir
/ di bawah hidung.
iii.
Grasps
Reflex : penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien. Respon : tangan
pasien mengepal.
iv.
Palmo-mental
Reflex : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar. Respon
: kontraksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral).
22. Mengapa garam dapat menyebabkan
hipertensi???
Natrium dalam garam (NaCl)
sebenarnya bermanfaat untuk menjaga regulasi volume dan tekanan darah, menjaga
kontraksi otot serta transmisi sel saraf, serta membantu keseimbangan air, asam
dan basa dalam tubuh. Namun berdasarkan Panduan Umum Gizi Seimbang 2003,
konsumsi garam tidak boleh lebih dari 6 gram (1 sendok teh) dalam 1 hari atau
sama dengan 2300 mg natrium. Garam sangat erat dengan hipertensi. Setengah
sendok teh garam saja bisa menaikkan tekanan sistolik naik sebesar 5 poin dan
tekanan diastolik naik 3 poin, ini berdasarkan penelitian.
Kandungan garam yang tinggi dalam
tubuh dapat mengganggu kerja ginjal. Garam harus dikeluarkan dari tubuh oleh
ginjal, tetapi karena natrium sifatnya mengikat banyak air, maka makin tinggi
garam membuat volume darah meningkat. Volume darah semakin tinggi sedangkan
lebar pembuluh darah tetap, maka alirannya jadi deras, yang artinya tekanan
darah menjadi semakin meningkat. Ini juga dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Sumber : Nutrifood Research Centre, Program Development and
Scientific Support, dalam acara Media Sharing ‘Garam dan Hipertensi’ di Penang
Bistro Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (23/2/2011).
23. Jantung
Secara
internal, jantung dipisahkan oleh sebuah lapisan otot menjadi dua belah bagian,
dari atas ke bawah, menjadi dua pompa. Kedua pompa ini sejak lahir tidak pernah
tersambung. Belahan ini terdiri dari dua rongga yang dipisahkan oleh dinding
jantung. Maka dapat disimpulkan bahwa jantung terdiri dari empat rongga,
serambi kanan & kiri dan bilik kanan & kiri.
Dinding
serambi jauh lebih tipis dibandingkan dinding bilik karena bilik harus melawan
gaya gravitasi bumi untuk memompa dari bawah ke atas, khususnya di aorta, untuk
memompa ke seluruh bagian tubuh yang memiliki pembuluh darah. Dua pasang rongga
(bilik dan serambi bersamaan) di masing-masing belahan jantung disambungkan
oleh sebuah katup. Katup di antara serambi kanan dan bilik kanan disebut katup
trikuspidalis atau katup berdaun tiga. Sedangkan katup yang ada di antara
serambi kiri dan bilik kiri disebut katup mitralis atau katup berdaun dua.
Pada saat
berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol).
Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung
(disebut sistol). Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan,
dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah yang
kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari
seluruh tubuh mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam
serambi kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke
dalam bilik kanan.
Darah
dari bilik kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri
pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang
sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap
oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. Darah yang
kaya akan oksigen (darah bersih) mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke
serambi kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan
atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam serambi kiri akan didorong
menuju bilik kiri, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati
katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya
oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru. (Sumber : Sherwood L. fisiologi manusia :
dari sel ke sistem. EGC. Jakarta. 2001Sumber: www.klikdokter.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar