2.1. Definisi
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBrLmMoV_A2NRAqPyvNiDTky8l4C3j2Q272BHwHUqyVdKJ3oJVG2odVNf6dTg6i4m347JR6o3ry1s7PUKa2kvsq0RAgSgmDqRgqE8sFFeDqGTwXvuujvWME1W0hAHgSeQLlsXm2Jblhjs/s320/image002.jpg)
Endokarditis adalah infeksi
permukaan endokardial yang biasanya meliputi dinding ventrikel, katup-katup
jantung, dinding arteri besar, septum, yang ditandai dengan mudah terjadinya
aggregasi dari trombin dan platelet yang disebut vegetasi, ini berisi
makroorganisme.(Japardi.2005)
Endokarditis adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh mikroorganisme pada endokard atau katub jantung. Infeksi
endokarditid biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan.
Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung
bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat. Dahulu Infeksi pada endokard
banyak disebabkan oleh bakteri sehingga disebut endokariditis bakterial.
Sekarang infeksi bukan disebabkan oleh bakteri saja, tetapi bisa disebabkan
oleh mikroorganisme lain, seperti jamur, virus, dan lain-lain. (Suparman, 2005)
2.2. Etiologi
·
Endokarditis paling banyak
disebabkan 90 -95% Streptpkokus
viridians yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran nafas bagian atas
·
Stapilokokus aureus yang menyebabkan
infeksi endokarditis sub akut
·
Stertokokus fekalis, bakteri gram
negative aerob/anaerob, jamur, virus
Faktor Predisposisi:
1.
Faktor Jantung
Faktor
predisposisi diawali dengan penyakit-penyakit kelainan jantung dapat berupa
penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, katub jantung prostetik,
penyakit jantung sklerotik, prolaps katub mitral, post operasi jantung,
miokardiopati hipertrof obstruksi. Endokarditi infeksi sering timbul pada
penyakit jantung rematik dengan fibrilasi dan gagal jantung.
Pada waktu yang lalu
penyakit demam rhematik jantung merupakan factor predisposisi utama terjadinya
endokarditis. Kelainan kongenital merupakan 6-20% predisposisi terjadinya
endokarditis. Dari kelainan kongenital yang sering menyebabkan endokarditis
antara lain:
Ventrikular septal defek,
kelainan katup aorta, mitral insuffisiensi, patent ductus arteriosus, tetralogy
fallot, Koartatio aorta, Marfan’s syndrom, pulmonary stenosis. Mitral valve
prolaps (MVP) merupakan 10-30% factor predisposisi endokarditis.
Predisposisi yang lain untuk
terjadinya endokarditis yaitu: pada kelainan katup aorta ini sering pada usia
tua (20%). Pada protese katup, endokarditis biasanya terjadi 2 bulan setelah
operasi dan bakteri penyebab terbanyak staphylococcus. Tindakan-tindakan pada
jantung, misalnya kateterisasi dan pemasangan pacemaker dapat pula memudahkan terjadinya
endokarditis.
2. Faktor luar jantung
Penyalah gunaan obat intra
vena, tindakan-tindakan kebidanan, kateterisasi urin, pencabutan gigi, kronik
hemodialis, tindakan-tindakan diagnotik, infeksi nosokomial ini merupakan
keadaan yang memudahkan terjadinya endokarditis.
2.3 Patofisiologi
Kuman paling sering masuk melalui
saluran napas bagian atas selain itu juga melalui alat genital dan saluran
pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit. Endokard yang rusak dengan
permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan menimbulakan vegetasi yang
terdiri atas trombosis dan fibrin. Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya
tidak baik, sehingga memudahkan mikroorganisme berkembang biak dan akibatnya
akan menambah kerusakan katub dan endokard, kuman yang sangat patogen dapat
menyebabkan robeknya katub hingga terjadi kebocoran. Infeksi dengan mudah
meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan abses miokard atau aneurisme
nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae maka dapat terjadi ruptur yang
mengakibatkan terjadinya kebocoran katub.
Pembentukan trombus yang mengandung
kuman dan kemudian lepas dari endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis
infeksi. Besarnya emboli bermacam-macam. Emboli yang disebabkan jamur biasanya
lebih besar, umumnya menyumbat pembuluh darah yang besar pula. Tromboemboli
yang terinfeksi dapat teranggkut sampai di otak, limpa, ginjal, saluran cerna,
jantung, anggota gerak, kulit, dan paru. Bila emboli menyangkut di ginjal. akan
meyebabkan infark ginjal, glomerulonepritis. Bila emboli pada kulit akan
menimbulkan rasa sakit dan nyeri tekan.
2.4 Manifestasi
Klinik
Sering
penderita tidak mengetahui dengan jelas. Sejak kapan penyakitnya mulai timbul ,
misalnya sesudah cabut gigi, mulai kapan demam, letih-lesu, keringat malam
banyak, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, sakit sendi, sakit dada,
sakit perut, hematuria, buta mendadak, sakit pada ekstremitas (jari tangan dan
kaki), dan sakit pada kulit.
Manifestasi umum
Mirip dengan influenza tidak jelas tentang
adanya kelemahan dan tidak nafsu makan,berat badan turun, batuk, nyeri sendi
dan punggung. Demam dapat berlangsung terus-menerus retermiten / intermiten
atau tidak teratur sama sekali. Suhu 38 - 40 C terjadi pada sore dan malam
hari, kadang disertai menggigil dan keringat banyak. Anemia ditemukan bila
infeksi telah berlangsung lama. pada sebagian penderita ditemukan pembesaran
hati dan limpha.
Manifestasi Emboli dan Vaskuler
Fenomena
emboli dapat termanifestasi di paru (pneumonia berulang, abses pulmo), ginjal
(hematuria, gagal ginjal), limpha (nyeri abdomen kuadran kiri atas), jantung
(myokardium infark), otak (stroke)
Manifestasi
vaskuler ditemukan perdarahan splinter (garis atau goresan perdarahan) biasa
dilihat dikuku jari tangan atau kaki, dan ptekia dapat muncul di konungtiva dan
membrane mukosa. Ptekia timbul pada mukosa tenggorok, muka dan kulit (bagian
dada). umumya sukar dibedakan dengan angioma. Ptekia di kulit akan berubah
menjadi kecoklatan dan kemudian hilang, ada juga yang berlanjut sampai pada
masa penyembuhan. Emboli yang timbul di bawah kuku jari tangan (splinter
hemorrhagic).
Manifestasi Jantung
Sebagian besar
endocarditis didahului oleh penyakit jantung, tanda-tanda yang ditemukan ialah
sesak napas, takikardi, palpasi, sianosis, atau jari tabuh (clubbing of the
finger). Perubahan murmur menolong sekali untuk menegakkan diagnosis, penyakit
yang sudah berjalan menahun, perubahan murmur dapat disebabkan karena anemia .
Gagal jantung terjadi pada stadium akhir endokarditis infeksi, dan lebih sering
terjadi pada insufisiensi aorta dan insufisiensi mitral, jarang pada kelainan
katub pulmonal dan trikuspid serta penyakit jantung bawaan non valvular .
Endokarditis infeksi akut
Infeksi akut lebih
sering timbul pada jantung yang normal, berbeda dengan infeksi sub akut,
penyakitnya timbul mendadak, tanda-tanda infeksi lebih menonjol, panas tinggi
dan menggigil, jarang ditemukan pembesaran limfa, jari tabuh, anemia dan ptekia
. Emboli biasanya sering terjadi pada arteri yang besar sehingga menimbulkan
infark atau abses pada organ bersangkutan. Timbulnya murmur menunjukkan
kerusakan katub yang sering terkena adalah katub trikuspid berupa kebocoran,
tampak jelas pada saat inspirasi yang menunjukkan gagal jantung kanan, vena
jugularis meningkat, hati membesar, nyeri tekan, dan berpulsasi serta udema.
Bila infeksi mengenai aorta akan terdengar murmur diastolik yang panjang dan
lemah. Infeksi pada aorta dapat menjalar ke septum inter ventricular dan
menimbulkan abses. Abses pada septum dapat pecah dan menimbulkan blok AV . Oleh
karena itu bila terjadi blok AV penderita panas tinggi, kemungkinan ruptur
katub aorta merupakan komplikasi yang serius yang menyebabkan gagal jantung
progresif. Infeksi katub mitral dapat menjalar ke otot papilaris dan
menyebabkan ruptur hingga terjadi flail katub mitral.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1.
Laboratorium
Leukosit dengan jenis netrofil, anemia normokrom normositer, LED meningkat, immunoglobulin serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun, kadar bilirubin sedikit meningkat. Pemeriksaan umum urine ditemukan maka proteinuria dan hematuria secara mikroskopik. Yang penting adalah biakan mikro organisme dari darah . Biakan harus diperhatikan darah diambil tiap hari berturut-turut dua / lima hari diambil sebanyak 10 ml dibiakkan dalam waktu agak lama (1 - 3 minggu) untuk mencari mikroorganisme yang mungkin berkembang agak lambat. biakkan bakteri harus dalam media yang sesuai. NB: darah diambil sebelum diberi antibiotik . Biakan yang positif uji resistansi terhadap antibiotik.
Leukosit dengan jenis netrofil, anemia normokrom normositer, LED meningkat, immunoglobulin serum meningkat, uji fiksasi anti gama globulin positf, total hemolitik komplemen dan komplemen C3 dalam serum menurun, kadar bilirubin sedikit meningkat. Pemeriksaan umum urine ditemukan maka proteinuria dan hematuria secara mikroskopik. Yang penting adalah biakan mikro organisme dari darah . Biakan harus diperhatikan darah diambil tiap hari berturut-turut dua / lima hari diambil sebanyak 10 ml dibiakkan dalam waktu agak lama (1 - 3 minggu) untuk mencari mikroorganisme yang mungkin berkembang agak lambat. biakkan bakteri harus dalam media yang sesuai. NB: darah diambil sebelum diberi antibiotik . Biakan yang positif uji resistansi terhadap antibiotik.
Anemia normokrom normositer. Terdapat toxic granule, kadang didapatkan staphylococcus
dalamnya. LED akan meningkat, lekostosis, kultur darah (+).
2.
EKG
Kelainan EKG yang dijumpai
adanya infark miokard karena emboli dari arteri koronaris karena vegetasi.
Kelainan konduksi berupa arteri ventricular aritmia dapat juga terjadi karena
perluasan infark miokardium, abaces didekat sistim konduksi, sehingga terjadi
blok sistim hantaran.
3.
Foto dada : terlihat di atasi dari satu atau lebih dari bilik jantung,
yang akan berkembang menjadi kegagalan ventrikel kiri dengan terlihatnya adema
paru, pleuraleffusi.
4.
Echocardiografi
Diperlukan untuk:
·
melihat vegetasi pada katub
aorta terutama vegetasi yang besar ( > 5 mm)
·
melihat dilatasi atau
hipertrofi atrium atau ventrikel yang progresif
·
mencari penyakit yang menjadi
predisposisi endokarditis ( prolap mitral, fibrosis, dan calcifikasi katub
mitral )
·
penutupan katub mitral yang
lebih dini menunjukkan adanya destrruktif katub aorta dan merupakan indikasi
untuk melakukan penggantian katub
2.7 Diagnosis
Diagnosis endokarditis
infeksi dapat ditegakkan dengan sempurna bila ditemukan kelainan katub,
kelainan jantung bawaan, dengan murmur , fenomena emboli, demam dan pembiakan
darah yang positif. Diagnosis dapat ditegakkan bila memenuhi kriteria diatas.
Endokarditis paska
bedah dapat diduga bilamana terjadi panas, leukositosis dan anemia sesudah
operasi kardiovaskuler atau operasi pemasangan katub jantung prostetik.
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan terhadap penyebab infeksi endokarditis akan mengurangi resiko
emboli serebral. Resiko emboli ulang jarang terjadi setelah pemberian terapi
yang memadai. Terapi yang diberikan yaitu: penicillin G 4x3 juta unit/hari
selama 4minggu, kemudian diteruskan gentamicin 3x1 mg/koagulan/hari selama 2
minggu. Tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan apabila dengan pemberian
antibiotic mengalami kegagalan.
Pada keadaan-keadaan seperti:
1.
Emboli yang berulang
2.
Terjadinya absces sehingga terjadi kelainan sistim konduksi
3.
Pada pemeriksaan echokardiography terdapat lebih dari satu major
emboli dengan ukuran lebih 10 mm
4.
Terjadi kegagalan jantung
5.
Jamur sebagai penyebab endokarditisnya
6.
Pada katup tiruan dimana terjadi infeksi bakteri pyogenik.
Maka pada keadaan-keadaan tersebut
perlu dipertimbangkan tindakan-tindakan pembedahan. Penatalaksaan terhadap
komplikasi neurologi tergantung dari komplikasi apa yang terjadi.
Pemberian
obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang diperkirakan sensitif
terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya streptokokus viridan yang
sensitif terhadap penicillin G , diberikan:
·
Dosis 2,4 - 6 juta unit per
hari selama 4 minggu, parenteral untuk dua minggu
·
Kemudian dapat diberikan
parenteral / peroral penicillin V karena efek sirnegis dengan streptomicin,
dapat ditambah 0,5 gram tiap 12 jam untuk dua minggu . Kuman streptokokous
fecalis (post operasi obs-gin) relatif resisten terhadap penisilin sering
kambuh dan resiko emboli lebih besar oleh karena itu digunakan penisilin
bersama dengan gentamisin yang merupakan obat pilihan.
·
Dengan dosis penisilin G 12 -
24 juta unit/hari,dan gentamisin 3 - 5 mg/kgBB dibagi dalam 2 - 3 dosis.
Ampisilin dapat dipakai untuk pengganti penisilin G dengan dosis 6 - 12 gr/hari
.
·
Lama pengobatan 4 minggu dan dianjurkan sampai
6 minggu. Bila kuman resisten dapat dipakai sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV) atau
nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau oksasilin 12 gr/hari atau vankomisin 0,5 gram/6
jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam lama pemberian obat adalah 4 minggu.
·
Untuk kuman gram negatif
diberikan obat golongan aminoglikosid : gentamisin 5 - 7 mg/kgBB per hari,
gentamisin sering dikombinsaikan dengan sefalotin, sefazolia 2 - 4 gr/hari ,
ampisilin dan karbenisilin.
·
Untuk penyebab jamur dipakai
amfoterisin B 0,5 - 1,2 mg/kgB per hari (IV) dan flucitosin 150 mg/Kg BB per
hari peroral dapat dipakai sendiri atua kombinasi.
Infeksi
yang terjadi katub prostetik tidak dapat diatasi oleh obat biasa, biasanya
memerlukan tindakan bedah. Selain pengobatan dengan antibiotik penting sekali
mengobati penyakit lain yang menyertai seperti : gagal Jantung . Juga
keseimbangan elektrolit, dan intake yang cukup .
2.9 Komplikasi
Melalui
mekanisme tersebut dapat menyebabkan:
1.
Infark atau infark berdarah
2.
Perdarahan intra serebral, SAB, perdarahan subdural
3.
Proses desak ruang, seperti absces atau mycotic aneurysma
4.
Perubahan fungsi otak karena berbagai faktor.
Bila
terjadi emboli akan mengakibatkan:
a.
Gejala neurologik fokal bila mengenal hanya satu pembuluh darah
b. lebih dari satu pembuluh
darah tergantung dari iskemianya apakah dapat
membaik sebelum terjadi kerusakan yang
permanen maka gejalanya
mirip TIA,
atau bila berlanjut menyebabkan kerusakan jaringan otak dan terjadi
proses supurasi.
Hal tersebut mengakibatkan:
- Septik atau septik meningitis
- Absces, mikro absces otak
- Meningoencephalitis
- Bila dinding arteri atau vasa vaserum
terkena maka akan terjadi aneurysma, yang akan mengakibatkan pecahnya pembuluh
darah yang bersangkutan.
2.10 Prognosis
- Endokarditis mempunyai prognosis yang buruk bila:
- Bakteri penyebab non streptococcus
- Berkembang menjadi payah jantung
- Berkenanya katup aorta
- Infeksi pada katup tiruan
- Usia tua
f.
Terjadinya absces pada miokard
- Komplikasi endokarditis bakterialis ke sistim saraf akan lebih memperburuk prognosenya, dengan angka kematiannya
2.11 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
awal
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi:
1.
Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
agama, alamat.
2.
Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian yaitu nyeri,demam
tinggi, sesak nafas.
3.
Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya nafas pendek, kelemahan, demam tinggi, nyeri pada dada dan
tidak khas, adanya tanda kemerahan di kulit tangan dan kaki
4.
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit demam rematik
5.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mempunyai penyakit yang menurun atau menular.
6.
Psikososial
Klien biasanya
cemas dengan keadaaan sakitnya
2.
Anamnese dan Pemeriksaan Fisik
a. Respirasi
: (B1: Breathing)
data subyektif:
·
Napas pendek ,memburuk pada malam hari
data obyektif:
·
Dyspnea nocturnal
·
Batuk
·
Inspirasi wheezing
·
Takipnea
·
creackles dan ronchi lemah
·
Respirasi lambat
b. Sirkulasi
(B2: blood)
data subyektif :
·
Mempunyai riwayat demam rematik, keturunan
penyakit jantung, pernah operasi jantung, by-pass
·
sering berdebar
data obyektif :
·
Takikardi, disritmi , friction rub
perikardia, murmur, disfungsi otot-otot papila,irama gallop S3/S4 , edem
·
Peningkatan vena jugularis,ptekia
(konjungtiva dan membran mukus)
·
Perdarahan pada bagian tertentu
·
Osler’s nodes pada jari/jari kaki
·
Janeway lessions (telapak tangan,dan
kaki)
c. Persyarafan
(B3: Brain): biasanya composmentis
d. Perkemihan
(B4: Bladder):
data subyektif :
·
Riwayat penyakit ginjal atau gagal
ginjal
·
Riwayat frkwensi pemasukkan urin menurun
data obyektif :
·
Konsentrasi urine keruh/pekat
e. Pencernaan
(B5:Bowel):
f. Aktivitas/istirahat
:
Data subyektif :
Keletihan, kelemahan
Data obyektif :
·
Takikardia
·
Tekanan darah menurun
·
Dispnoe pada saat aktivitas
3.
Pemeriksaan penunjang
1.
EKG menunjukkan adanya iskemia,
hipertropi, blok konduksi, disritmia (elevasi ST), PR depresi
2.
Echocardiografi: adanya efusi
perikardial, hipertropi perikardial, disfungsi katub, dilatasi atrium
3.
Enzim jantung: peningkatan CPK,
tapi MB inzuenzim tidak ada
4.
Rontgen: terlihat pembesaran
jantung, infiltrat pulmonal
5.
Kultur darah : untuk
mengisolasi penyebab bakteri , virus dan jamur
6.
BUN: mengevaluasi uremia
(kemungkinan faktor pencetus)
4. Prioritas keperawatan:
1. Timbulnya nyeri
2. Peningkatan istirahat dan membantu perawatan diri
3. Kaji pengobatan / penyebab yang mendasari
4. Mengatur sistim penyakit yang mendasari/ dan mencegah komplikasi
5. Petunjuk penyebab penyakit, pengobatan dan pencegahan
5. Tujuan Intervensi:
- Nyeri dapat dikontrol
- Tingkat aktifitas (kebutuhan dasar) dapat dipenuhi
- Infeksi dapat dikontrol : tidak terjadi demam
- Mempertahankan hemodinamik yang stabil; bebas keluhan payah jantung
- Perubahan gaya jantung
6. Diagnosa dan Intervensi
Keperawatan
- Penurunan curah jantung berhubungan dengan keterbatasan pengisian jantung/konstraktilitas ventricular, disritmia dan peningkatan kerja ventricular
- Intoleran Aktivitas berhubungan dengan Ketidakadekuatan oksigenasi akibat pengisian jantung yang tidak adekuat
- Ketidakefektifan pola nafas berhunbungan dengan nyeri akut akibat inflamasi
- Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan
- Ansietas berhunbungan dengan nyeri( perubahan status kesehatan)
7. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan keterbatasan pengisian jantung/konstraktilitas
ventricular, disritmia dan peningkatan kerja ventricular
Subyektif:
a.
Nyeri dada
b.
Kelelahan
c.
Dispnea
d.
Kelemahan
Objektif:
Aritmia, kulit pucat, perubahan status mental, perubahan
EKG, penurunan nadi perifer, peningkatan nafas, distensi vena jugularis,
oliguria, ronki basah, gelisah, penggunaan otot bantu pernafasan
Tujuan
1)
Klien menunjukkan tanda vital
dalam batas yang dapa diterima (disaritmia terkontrol atau hilang).
2)
Melaporkan penurunan epiode
dispnea
3)
Ikut serta dalam aktivitas yang
mengurangi beban kerja jantung
Kriteria Hasil:
a. Suhu,
pernafasan, tekanan darah, nadi dalam rentan yang diharapkan individu
b. Menunjukkan
status sirkulasi tekanan systole dan diastole dalam batas normal
c. Gas
darah dalam batas normal
d. Bunyi
nafas tambahan tidak ada
e. Produksi
urin adekuat
f. Hasil
laborIum BUN normal
Intervensi:
1. Pemberian
Oksigen sesuai indikasi
2. Evaluasi
respons pasien terhadap terapi oksigen
3. Observasi
dan dokumentasikan tekanan darah,
sianosis, dan pernafasan
4. Evaluasi
frekuensi dan irama nadi, suhu, dan warna ekstremitas,, suara nafas tambahan
(ronkhibasah atau yg lainnya)
5. Pantau
haluaran urine ,kelebihan cairan (edema
ekstremitas bawah), palpitasi, pusing
6. Lakukan
perekaman EKG
7. Berikan
obat anti aritmia, inotropik, nitrogliserin, dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas
8. Berikan
infrmasi untuk teknik penurunan stress, relaksasi otot progesif, meditasi, dan
latihan
9. Pasang
akses intavena untuk cairan dan obat apabila dalam keadaan hipotensi tiba-tiba
10. Kaji
toleransi aktivitas pasien dengan memperlihatkan awal pernafasan pendek, nyeri
11. Ajarkan
untuk melaporkan dan menggambarkan nyeri, palpitasi
2. Intoleran Aktivitas
berhubungan dengan Ketidakadekuatan oksigenasi akibat pengisian jantung yang
tidak adekuat
Subjektif:
·
Ketidajnyamanan atau dispnea yang
membutuhkan pengerahan tenaga
·
Melaporkan keletihan atau kelemahan
secara verbal
Objektif
·
Denyut
tekanan darah tidak normal sebagai respons terhadap aktivitas
·
Perubahan EKG selama aktivitas yang
menunjukkan aritmia atau iskemia
Tujuan:
·
Pasien dapat melakukan aktivitas
terbatas sesuai ambulasi dini
·
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas
yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Kriteria hasil
·
Pasien mengidentifikasi aktivitas dan
atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang
berkontribusi padai ntolerans aktivitastas
·
Mengidentifikasi aktivitas dan /atau
situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkontribusi pada intoleran aktivi
·
Mengungkapakan secara verbal pemahaman
tentang kebutuhan oksigen, pengobatan, dan atau peralatan yang dapat
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
·
Menampilkan aktivitas sehari-hari dengan
beberapa bantuan (misalnya eliminasi dengan ambulasi ke kamar mandi
Intervensi :
1. Tentukan
penyebab keletihan (perawatan, nyeri, pengobatan)
2. Pantau
respons oksigen pasien (misalnya takikardia,
disritmia,dispnea,diaphoresis,pucat,frekuensi respirasi)
3. Instruksikan
kepada pasien menggunakan oksigen selama aktivitas
4. Penggunaan
teknik relaksasi (misalnya distraksi)selama aktivitas
5. Ajarkan
pengaturan aktivitas bertahap dan teknik manajemen waktu dengan jadwal
istirahat pada fase non akut untuk mencegah kelelahan
6. Beri
pengobatan nyeri sebelum aktivitas
7. Kolaborasi
ahli gizi untuk meningkatakan asupan
makanan tinggi energ
8. Bantu
pasien mengubah posisi secara berkala, dan ambulasi yang dapat ditoleransi
3. Ketidakefektifan pola
nafas berhunbungan dengan nyeri akut akibat inflamasi
Subyektif:
·
Dispnea dan Nafas pendek
Objektif
·
Perubahan gerakan dada
·
Penurunan tekanan Inspirasi dan
ekspirasi
·
Pernafasan Cuping Hidung
·
Ortopnea
·
Penggunaaan otot otot pernafasan
·
Frekuensi Pernafasan
Tujuan:
·
Status respirasi membaik (pergerakan
inspirasi dan ekspirasi adekuat)
·
Suhu, Nadi, respirasi dan tekanan darah
dalam rentng yang diharapkan individu
Kriteria Hasil:
1. Menunjukkan
pola pernafasan efektif, dibuktikan dengan status pernafasan yang tidak
berbahaya: ventilasi dan status tanda vital mendekati normal
2. Ekspansi
dada simetris
3. Kedalaman
inspirasi dan kemudahan bernafas
4. Bunyi
nafas tambahan tidak ada
5. Nafas
pendek tidak ada
6. Tidak
ada penggunaan otot bantu pernafasan
7. Frekuensi
nafas normal 16-20 x/menit, irama respirasi dalam batas normal
8. Penafasan
optimal saat menggunakan ventilator mekanik
Intervensi:
1. Pantau
adanya sianosis, efek obat pada status respirasi
2. Pemberian
oksigen sesuai indikasi dan pertahankan dengan aliran rendah (nasal kanul,
sungkup, masker)
3. Posisikan
pasien semi fowler
4. Pemantauan
status pernafasan: frekuensi, irama,
kedalaman.dan usaha bernafas, pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot
bantu pernafasan, pola pernafasan: bradipnea, takipnea, kusmaul, ceynes stoke,
Biot, apnea stik, hiperventilasi, bunyi nafas tambahan: ronkhi, wheezing Catat
SpO2, hasil GDA terkakhir
5. Kolaboasi
pemberian anti nyeri untu mengoptmalkan pola pernafasan
6. Ajarkan
terknik relaksasi dan batuk efektif untuk meningkatkan pola pernafasan
7. Kolaborasi
ahli terapi unttuk memastikan kekuatan fungsi ventilator mekanis
8. Berikan
nebulizer, dan suction sesuai indikasi
9. Anjurkan
pernafasan dalam abdomen selama distress nafas
4. Nyeri berhubungan
dengan inflamasi jaringan
Subyektif
·
Mengungkapakan secara verbal
Objektif
·
Gerakan menghindari nyeri
·
Posisi menghindari nyeri
·
Perilaku distraksi
·
Berfokus pada diri sendirir
·
Mengalami gangguan tidur dan penurunan
nafsu makan
Tujuan:
·
Tingkat kenyamanan secara fisik dan
psikologik
·
Perilaku pengendaliaan nyeri
·
Tingkat nyeri dilaporkan tetap atau
menurun
·
Mempertahankan atau mengurangi tingkat
nyeri
Kriteria Hasil:
·
Klien dapat mengungkapkan nyeri yg
dirasakan (skala nyeri,penurunan konsentrasi, adanya gangguan tidur)
·
Klien dapat mendemonstrasikan teknik
relaksasi secara individual yang efektif
utnuk mencapai kenyamanan
·
Klien dapat mengontrol dan melaporkan
nyeri yang timbul
Intervensi
1. Minta
pasien menilai nyeri/ketidaknyamanan dari skala1 sampai 10 (0= tidak nyeri ,
10= nyeri hebat)
2. Berikan
oksigen sesuai indikasi ntuk mencegah hipoksia karena nyeri
3. Identifikasi
nyeri yang komprehensif , factor prespmeliputi lokasi, karakteristik,
frekuensi, kualitas, intensitas, keparahan nyeri dan faktor prespitasi
4. Ajarkan
teknik distraksi dan relaksasi (mendengarkan music, imajinasi terbimbing)
sebelum nyeri menjadi berat
5. Bantuk
tindakan relaksasi dengan:
Berikan
perubahan posisi tidur, masasage punggung
Ganti
linen tempat tidur bila diperlukan
Berikan
perawatan dengan tidak terburu buru dengan sikap mendukung
6. Berikan
anlgesik sesuai indikasi
7. Kendalikan
factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap nyeri (suhu
ruangan, cahaya, kegaduhan)
8. Evaluasi
respon dan skala nyeri pasien setelah dilakukan managemen distraksi dan
relaksasi dan
5 Ansietas berhunbungan
dengan nyeri( perubahan status kesehatan)
Tujuan:
·
Ansietas berkurang menunjukkan kontrol
ansietas,kontrol agresi, mutualisasi diri secara konsisten dan secara
subtansial menunjukkan keterampilan sosial yang efektif
Kriteria Hasil:
·
Pasien dapat meneruskan aktivitas yang
dibutuhkan meskipun ada kecemasan
·
Pasien menunjukkan kemampuan untuk
berfokus pada pengetahuan dan keterampi an yang baru
·
Mengidentifikasi gejala yang merupakan
indicator ansietas pasien sendiri
·
Tidak menunjukkan perilaku agresif
·
Mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan
secara tepat
Intervensi:
1. Kaji
dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
2. Beri
dan dorong kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam
mengeksternalisasikan ansietas
3. Berikan
distraksi positif
4. Sediakan
penguatan yang positif ketika pasien melakukan untuk meneruskan aktivitas
sehari-hari meskipun dalam keadaan ansietas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar