Selasa, 14 Februari 2012

ASKEP MIOKARDITIS

2.1     Definisi
Myocarditis didefinisikan sebagai peradangan dari otot jantung atau miocard (Arif Mattaqin,2009).
Myocarditis adalah proses peradangan yang terjadi pada miokardium (Faqih Ruhyanudin, 2007).
Miokarditis merupakan penyakit inflamasi pada miocard yang bisa disebabkan karena infeksi maupun non infeksi. 
2.2     Etiologi
Berdasarkan penyebab dibagi dua :
1.      Infeksi
a.       Virus (coxsackievirus, echo virus, HIV, virus epsteinbarr, influenza, cytomegalovirus, adenovirus, hepatitis A dan B, MUMPs, folio virus, rabies, respiratori syincitial virus, rubella, vaccinea, varicella zoster, arbovirus)
b.      Bakteri (corynebacterio diphteriae, streptococuspyogenis, staphilococcus aureus, haemophilus pneumoniae, salmonella, nieserria gonorrhoeae, leptospira, treponema pallidum, mycobacterium tuberkulosis,mycoplasma pneumonia, riketsia.
c.       Jamur (candida, aspergilus)
d.      Parasit (tripanosoma cruzii, toxoplasma, schistosoma, trichina)

2.      Non infeksi
a.       Obat-obatan yang menyebabkan reaksi hypersensitifitas
v  Antibiotik (sulfonamida, penisilin, cloramfenicol, tetrasiklin, streptomicyn)
v  Anti Tuberculosis (isoniazin, paraaminosalisilik acid)
v  Anti konfulsan (phenindion, phenitoin, carbamazepin)
v  Anti inflamasi (indometasin, sulfonilurea)
v  Diuretik (acetazolamid, klortalidon, spironolacton)
b.      Obat-obatan yang tidak reaksi hypersensitifitas
Ø  Kokain
Ø  Siklofosfamid
Ø  Litium
Ø  Interferon alfa
c.       Penyebab lain selain obat-obatan adalah :
·         Radiasi
·         Giant cell

2.3     Klasifikasi
1.      Fase akut
Berlangsung kira-kira 0-3 hari, dengan nekrosis  miocard tanpa infiltrasi sel inflamasi atau fase Viremia.
2.      Fase sub akut
Berlangsung 4-14 hari, terjadi infiltrasi sel natural killer yang memproduksi neutralizing antibody dan sel patogen yang dimediasi imun.
3.      Fase Kronik
Berlangsung 15-90 hari. Terjadi eliminasi virus dan kerusakan miokardial yang terus berlanjut

2.4     Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis miokarditis bervariasi, mulai dari asimtomatik sampai terjadi syok kardiogenik.Tergantung pada tipe infeksi, derajat kerusakan miokardium, kemampuan miokardium memulihkan diri. Gejala bisa ringan atau tidak ada sama sekali. Gejala bisa ringan atau tidak sama sekali, biasanya :
1.    Kelelahan dan dispneu
2.    Demam
3.    Nyeri dada
4.    Palpitasi

Gejala klinis mungkin memperlihatkan :
a.       Gejala klinis tidak khas, kelainan ECG pada segmen ST dan gelombang T.
b.      Takikardia, peningkatan suhu akibat infeksi menyebabkan frekuensi denyut nadi akan meningkat lebih tinggi
c.       Bunyi jantung melemah, disebabkan penurunan kontraksi otot jantung Katub-katub mitral dan trikuspid tidak dapat ditutup dengan keras
d.      Auskultasi: gallop, gangguan irama supraventrikular dan ventrikular
e.       Gagal jantung (Dekompensasi jantung) terutama mengenai jantung sebelah kanan.
2.5     Patofisiologi
Miokarditis merupakan proses inflamasi di miokardium. Jantung merupakan organ otot, jadi efisiensinya tergantung pada sehatnya setiap serabut otot. Bila serabut otot sehat, jantung dapat berfungsi dengan baik meskipun ada cedera pada katub yang berat, namun bila serabut otot yang rusak maka hidup akan terancam.
Miokarditis disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, parasit, protozoa, dan spiroseta atau dapa disebabkan oleh keadaan hipersensitivitas seperti demam reumatik. Jadi miokarditis dapt terjadi pada klien dengan infeksi akut yang menerima terapi imunosupresif, atau yang menderita endokarditis infeksi.
Kerusakan miokardium oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekenisme dasar sebagai berikut :
1.        Invasi langsung ke miokardium.
2.        Proses imunologis terhadap miokardium
3.        Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses miokarditis viral ada 2 tahap, fase pertama (akut) berlangsung kira-kira 1 minggu. Dimana terjadi invasi virus ke miokardium, replikasa virus, dan lisis sel. Lalu terbentuk neutralizing antibody dan virus akan bersih  atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral killer cell (sel NK). Pada fase kedua, miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan sistem imun akan diaktifkan dengan terbentuknya antibodi terhadap miokardium, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai bebrapa bulan dan diikuti kerusakan miokardium dari yang minimal sampai berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusakkan sel-sel endotel dan terbentuknya antibodi endotel, diduga sebai penyebab spasme mikovaskular. Walaupun etiologi kelainan mikrovaskuler belum pasti, tetapi sangat mungkin berasal dari respon imun atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan proses berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya matriks miokardium dan habisnya otot jantung secara fokal menyebabkan rontoknya serabut otot, dilatasi jantung, dan hipertropi miosit yang tersisa. Akibat proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi yang berakhir dengan payah jantung.

2.7     Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan laboratorium
Dijumpai leukositosis dengan poli morfonuklear atau limfosit yang dominan tergantung penyebabnya.Pada infeksi parasit ditemukan eosinofilia.Laju endap darah meningkat. Enzim jantung dan kreatinkinase atau  LDH (Lactat Dehidrogenase) meningkat tergantung luas nekrose.Peningkatan CKMB ditemukan pada kurang 10% pasien,namun pemeriksaan Troponin lebih sensitif untuk mendeteksi kerusakan miokard.
2.      Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan EKG yang sring ditemukan adalah sinus takikardia, perubahan segmen ST dan/atau gelombang T, serta low voltage.Kadang-kadang ditemukan aritmia atrial atau ventrikuler. AV blok total yang sifatnya sementara dan hilang tanpa bekas, tetapi kandang-kadang menyebabkan kematian mendadak pada miokarditis.
3.      Foto Rontgen Dada
Biasanya normal pada fase awal.Fungsi vebtrikel kiri yang menurun progresif mengakibatkan kardiomegali.Dapat ditemukan gagal jantung kongestif dan edema paru.
4.      Ekokardiografi
Sering didapatkan hipokinasis kedua ventrikel,ditemukan juga penebalan ventrikel, trombus ventrikel kiri, pengisian diastolik yang abnormal atau efusi perikardial.

2.8     Penatalaksanaan
1.      Pengobatan infeksi penyebab
2.      Pengendalian terhadap gagal jantung
3.      Transplantasi jantung
4.      Mengurangi atau menurunkan faktor resiko yang dapat diubah
5.      Oksigen untukmeningkatkan oksigenasi darah sehingga beban jantung berkurang dan perfusi sistemik meningkat.
6.      Obat-obatan untuk menghilangkan nyeri seperti Morfin dan Meperidin.
7.      Diuretik untuk meningkatkan aliran darah ke ginjal dengan tujuan mencegah dan mempertahankan fungsi ginjal. Mencegah kelebihan volume dan gagal jantung kongestif.

Klien diberi pengobatan khusus terhadap penyembuhan yang mendasarinya, bila diketahui (misalnya Penicilin untuk Streptokokus Hemolitikus) dan baringkan di tempat tidur untuk mengurangi beban jantung. Berbaring juga membantu mengurangi kerusakan miokardial residual dan komplikasi miokarditis. Pengobatan pada dasarnya sama dengan yang digunakan pada gagal jantung kongestif.
Fungsi jantung dan suhu tubuh selalu dievaluasi untuk menentukan apakah penyakit sudah menghilang dan apakah sudah terjadi gagal jantung kongestif. Bila terjadi disritmia, klien harus dirawat di unit yang mempunyai sarana pemantauan jantung berkesinambungan sehingga personel dan peralatan selalu tersedia bila terjadi disritmia yang mengancam jiwa.

2.9     Komplikasi
1.      Gagal jantung kongestif
2.      Disritmia jantung yang menyebabkan kematian mendadak
3.      Gangguan konduksi jantung (Blok total)
4.      Kardiomiopati kongestif/dilated
5.      Efusi perikardial
6.      AV blok total
7.      Trombi kardial

2.10 Prognosis
Sebagian sembuh dengan cepat, kadang menjadi kronis. Prognosis memburuk bila :
1.      Umur muda, sering terjadi kematian mendadak
2.      Bentuk akut fulminan karena virus atau difteri
3.      Miokarditis yang sangat progresif
4.      Bentuk kronis yang berlanjut menjadi kardiomiopati
5.      Penyakit Chaga

2.11  Asuhan Keperawatan
2.11.1    Pengkajian
a.       Biodata
Data diri pasien (nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan).
b.      Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada, sesak nafas, dan cepat lelah dalam beraktivitas.
c.       Riwayat penyakit sekarang
Pasien merasakan nyeri dada disertai demam, kelelahan dalam aktivitas, sesak nafas.
d.      Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit jantung sebelumnya, penggunaan obat-obatan tertentu, riwayat infeksi sebelumnya.
e.       Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang pernah diderita keluarga. Riwayat penyakit menular, penyakit keturunan dan keluarga meninggal karena penyakit jantung.

2.11.2    Pemeriksaan Fisik
a.       B1 (Breathing)
Sesak nafas.
b.      B2 (Blood)
Demam, takikardia, nyeri dada.
c.       B3 (Brain)
Kesadaran compos mentis, pasien mengalami sakit kepala, pusing karena suplai O2 dan darah ke otak menurun.
d.      B4 (Bladder)
Penurunan jumlah/frekuensi urine. 
e.       B5 (Bowel)
Mual muntah, anoreksia, tidak nafsu makan, dan penurunan berat badan.

f.       B6 (Bone)
Tidak ada kelainan tulang, kelamahan pada otot saat aktivitas, tidak dapat tidur, kelamahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2.11.3    Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses infeksi pada miokardium.
2.      Gangguan termoregulasi berhubungan dengan reaksi imun tubuh terhadap infeksi miokardium.
3.      Perubahan pola nafas inefektif berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan.
4.      Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan HCl akibat dari aliran darah sistemik tidak adekuat.
5.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan otot jantung sekunder terhadap proses inflamasi.
6.      Resiko tinggi penurunan curah jantung terhadap degenerasi miokardium

2.11.4    Intervensi Keperawatan
Dx 1.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses infeksi pada miokardium
Tujuan :
·         Nyeri hilang/terkontrol
·         Peningkatan rasa nyaman pasien
Intervensi :
a.         Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat dan penurun
R/ Nyeri perikarditis secara khas terletak substernal dan dapat ke leher dan punggung. Namun ini berbeda dari iskhemia miokardium / nyeri infark, pada nyeri ini buruk pada inspirasi dalam , gerakan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/ membungkuk.
b.         Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misal perubahan posisi , gosokan punggung ,penggunaan kompres panas / dingin, dukungan emosional
R/ tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dari emosional pasien
c.         Kolaborasi : berikan obat-obatan sesuai indikasi
- Agen nonsteroid misal : indometasin ( indocin ) ,ASA ( Aspirin )
R/ dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respon inflamasi.
- Anti piretik misal : ASA/ asetaminofen ( tylenol )
R/ untuk menurunkan demam dan meningkatkan kenyamanan
- Steroid
R/ dapat diberikan untuk gejala yang lebih berat
d.        Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi
R/ memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung dan menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan ischemia

Dx 2.Gangguan termoregulasi berhubungan dengan reaksi imun tubuh terhadap infeksi miokardium
Tujuan:
·         Klien akan kembali ke batasan suhu tubuh normal
Intervensi:
a.         Pantau suhu pasien (derajad dan pola) perhatikanmenggigil/diaphoresis
R/ Suhu 38,9-41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius
b.         Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen tempat tidursesuai indikasi
R/ Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
c.         Berikan kompres air hangat
R/Terjadi proses konduksi
d.        Berikan antipiretik dan atibiotik
R/ Gunakan untuk mengurangi demam dengan aksisentralnya pada hipotalamus meskipun demam mungkindapatberguna dalam mengatasi pertumbuhan organism danmeningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

Dx 3.Perubahan pola nafas inefektif berhubungan dengan penurunanperfusi jaringan.
Tujuan:
·         Dapat mempertahankan pola nafas yang efektif
Intervensi:
a.       Evaluasi fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan serak, dispnea, perubahantanda vital.
R/ Distress pernafasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadisebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkanterjadinya syok sehubungan dengan pendarahan.
b.      Auskultasi bunyi napas dan catat bunyi napas tambahan
R/ Bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas abstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan, atau kolaps jalan napas kecil.
c.       Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi semi fowler
R/ Merangsang fungsi pernapasan/ ekspansi paru
d.      Bantu klien untuk melakukan batuk efektif dan napas dalam
R/ Meningkatkan gerakan secret ke jalan nafas, sehingga mudah untuk dikeluarkan
e.       Berikan tambahan oksigen masker atau oksigen nasal sesuai indikasi
R/ Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru untuk kebutuhan sirkulasi, khususnya pada adanya penurunan/gangguan ventilasi.
f.       Bantu pasien mengatasi takut
R/ Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan denganketidakmampuan bernapas / terjadinya hipoksemia dan dapat secaraaktual meningkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan


g.      Berikan fisioterapi dada
R/ Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran secret untuk memudahkan pembersihan
h.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian expectoran
R/ Membantu mengencerkan secret, sehingga mudah untuk dikeluarkan.

Dx 4.Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan HCl akibat dari aliran darah sistemik tidak adekuat.
a.       Kaji keluhan mual, muntah dan anoreksia yang dialami pasien
R/ Untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien
b.      Kaji pola makan pasien, catat porsi makan yang dihabiskan setiap hari
R/ mengetahui masukan nutrisi pasien
c.       Timbang berat badan pasien setiap hari
R/ mengetahui kecukupan nutrisi pasien
d.      Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makan dalam porsi kecil tetapi sering
R/mencegah pengosongan lambung
e.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy antiemetik dan vitamin
R/ antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah, vitamin untuk meningkatkan selera makan dan daya tahan tubuh pasien

Dx 5.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan kerusakan otot jantung sekunder terhadap proses inflamasi.
Tujuan:
·         Mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer`ada atau kuat, masukan/ haluaran seimbang.
Intervensi:
a.       Evaluasi status mental. Perhatikikan terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang, muntah, peningkatan TD.
R/ Indikator yang menunjukkan embolisasi sistemik pada otak.
b.      Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri pleuritik, sianosis, pucat
R/ Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan / atau organ vital lain, dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit katup, dan/ atau disritmia kronis
c.       Tingkatkan tirah baring dengan tepat
R/ Dapat mencegah pembentukan atau migrasi emboli pada pasien endokarditis. Tirah baring lama, membawa resikonya sendiri tentang terjadinya fenomena tromboembolik
d.      Dorong latihan aktif/ bantu dengan rentang gerak sesuai toleransi.
R/ Meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran balik vena karenanya menurunkan resiko pembentukan trombus
e.       KolaborasiBerikan antikoagulan, contoh heparin, warfarin (coumadin)
R/ Heparin dapat digunakan secara profilaksis bila pasien memerlukan tirah baring lama, mengalami sepsis atau GJK, dan/atau sebelum/sesudah bedah penggantian katup.
Catatan : Heparin kontraindikasi pada perikarditis dan tamponade jantung. Coumadin adalah obat pilihan untuk terapi setelah penggantian katup jangka panjang, atau adanya thrombus perifer

Dx 6.Resiko tinggi penurunan curah jantung terhadap degenerasi miokardium
Tujuan :
·         Menurunkan episode dispnea, angina dan disritmia.
·         Mengidentifikassi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Intervensi :
a.       Pantau irama dan frekuensi jantung
R/ Takikardia dan disritmia dapat terjadi saat jantung berupaya untuk meningkatkan curahnya berespon terhadap demam. Hipoksia, dan asidosis karena iskemia
b.      Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak / tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.
R/ Memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya GJK, tamponade jantung.
c.       Dorong tirah baring dalam posisi semi fowler
R/ Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung
d.      Berikan tindakan kenyamanan misalnya perubahan posisi dan gosokan punggung, dan aktivitas hiburan dalam toleransi jantung
R/ Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung
e.       Dorong penggunaan teknik menejemen stress misalnya latihan pernapasan dan bimbingan imajinasi
R/ Perilaku ini dapat mengontrol ansietas, meningkatkan relaksasi dan menurunkan kerja jantung
f.       Evaluasi keluhan lelah, dispnea, palpitasi, nyeri dada kontinyu. Perhatikan adanya bunyi napas adventisius, demam
R/ Manifestasi klinis dari GJK yang dapat menyertai endokarditis atau miokarditis

DAFTAR PUSTAKA


Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.

Ignatavicius Donna D., Medical Surgical Nursing: a nursing process approach, Philadelpia 1991.



Medicha,Veni,Wulandari.2009.Endokarditis.http://veniwulandari.blogspot.com/2009/10/endokarditis.html

Patriani.2008.Askep Miokasrditis.http://asuhan-keperawatan patriani.blogspot.com/2008/07/askep-     myocarditis.html di download pada tanggal 02 Desember 2009 pukul 18.30

Soeparman, DR, Dr, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke 2 Jilid I , Balai Penerbit FKUI, Jakarta 1987



Tidak ada komentar:

Posting Komentar